NTTsatu.com – Pertarungan politik jelang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 semakin menggelegar. Sejumlah nama calon Gubernur, sebut saja Yusril Ihza Mahendra (YIM) yang merupakan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang saat ini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Adhyaksa Dault (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono), pengusaha terkemuka Sandiaga Salahuddin Uno, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang juga politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Abraham Lunggana, akrab disapa Haji Lulung terus semakin panas.
Belakangan nama Djarot Saiful Hidayat yang kini menjabat sebagai wakil Gubernur DKI Jakarta juga naik ke permukaan. Di tengah persaingan yang semakin memanas, muncul berbagai serangan terhadap Ahok. Mantan Bupati Belitung Timur periode 2005-2006 ini diserang lantaran memilih jalur independen bahkan belakangan dihina oleh Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra.
Yusron yang merupakan adik Yusril Ihza Mahendra memberikan penilaiannya terhadap gaya kepemimpinan Ahok di akun Twitter-nya, @YusronIhza_Mhd. Dia berkicau, gaya Ahok arogan dan dapat menimbulkan kerusuhan atau kesenjangan sosial di kalangan masyarakat kecil dan etnis Tionghoa.
“Jika sayang dengan etnis Cina yang baik, miskin, dan bisa lari ke luar negeri jika ada kerusuhan etnik, mohon Ahok tidak arogan dalam memerintah. Kasihan dengan Cina-Cina lainnya, yang miskin, baik, tidak salah jika mereka jadi korban,” cuit akun Twitter @YusronIhza_Mhd, pada Senin, 28 Maret.
Sebagai seorang Duta Besar Indonesia wajarkah Yusron Ihza Mahendra menyerang Ahok dengan content berbau SARA ?
Pengamat politik Yunarto Wijaya menilai cuitan Yusron sudah melanggar kode etik sebagai wakil negara yang melarang untuk terlibat politik praktis. Secara substansial, kata Yunarto cuitan twitter Yusron yang berisikan materi berbau SARA seharusnya dihindari dalam proses pertarungan politik di level apapun.
“Apa yang dilakukan oleh Yusron menurut saya bukan hanya mendegradasikan dirinya sebagai seorang Dubes, akan tetapi secara tidak langsung juga mendegradasikan Yusril sebagai calon kandidat Pilkada DKI yang selama ini sudah melakukan kampanye positif,” tegas Yunarto saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Rabu (30/3).
Sebagai Dubes, ujar Yunarto, Yusron harus memposisikan diri sebagai orang yang paham politik. Idealnya, duta negara tidak usah berkomentar apapun atas kontestasi Pilgub DKI Jakarta.
“Yang jelas tidak elok seorang Dubes berkomentar terkait dengan politik praktis. Ini jelas conflict of interest yang seharusnya dihindari oleh seorang Dubes,” terang dia.
Senada dengan Yunarto, Pengamat Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio meminta Yusron tidak mengajarkan masyarakat untuk melontarkan hal-hal yang rasis. Sebaiknya, Yusron menjaga ucapan.
“Soal incumbent harus jaga mulut aja lah,” ujar Hendri.
Selain itu, Hendri juga menilai Yusron harus belajar banyak dari kakaknya Yusril Ihza Mahendra. Menurutnya, Yusril sangat menjaga tutur kata ketika berbicara di hadapan publik.
“Sekarang itu bukan berdebat pada contentnya, seharusnya dia belajar dari Yusril. jangan membuat keributan sendiri,” pungkas Hendri. (sumber: merdeka.com)
======
Foto: Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)