Pasangan Bakal Calon Bupati Dan Wakil Bupati yang akan berlaga di Pilkada Sabu Raijua pada September 2020 mendatang, Takem Irianto Radja Pono dan Herman Hegi Radja Haba meminta restu dan nasehat disrtai petuah dari para tokoh Sabu Raijua yang ada di Kota Kupang. Hal tersebut terungkap dalam sebuah diskusi keluarga yang berlangsung di kediaman Hegi Radja Haba, diwilayah Kelurahan Naikolan, Kota Kupang, pada Sabtu, (13/7/2019).
Dalam pertemuan yang diikuti oleh para orang tua maupun lintas generasi Sabu Raijua yang bermukim di Kota Kupang, diawali dengan penyampaian keingian dari Takem Radja Pono dan Hegi Radja Haba yang sudah bertekad akan maju pada kontestasi lima tahunan di Sabu Raijua dalam rangka memilih Bupati dan Wakil Bupati pasca kepemimpinan Marthen Dira Tome dan Nikodemus Rihi Heke.
Pada kesempatan tersebut Takem maupun Hegi mengungkapkan bahwa niat mereka untuk mengabdi di Sabu Raijua sudah bulat. Untuk itu, maka semua elemen baik yang ada di Sabu maupun diluar Sabu harus bersatu untuk membangun Sabu Raijua secara bersama-sama.
“Saya dan pak Hegi merasa bahwa bapak ibu tokoh-tokoh Sabu Raijua yang tinggal di Kupang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mimpi kami untuk membangun Sabu Raijua. Untuk itu maka dalam pertemuan ini kami mengundang bapak ibu semua selain untuk meminta restu, tapi sekaligus meminta usul saran dan petuah bagi kami yang nanti akan berjuang di Sabu Raijua. Daerah itu tidak bisa dibangun hanya oleh kekuatan yang ada di Sabu saja tapi semua elemen orang Sabu yang ada dimana saja, atau pihak manapun yang merasa peduli dengan Sabu Raijua. Pada kesempatan ini kami dengan hati terbuka meminta saran dan masukan,” kata Takem radja Pono.
Pada kesempatan tersebut Takem Radja Pono menyampaikan bahwa dirinya bersama Hegi Radja Haba akan membangun Sabu Raijua dalam sebuah visi yakni “Menuju Sabu Raijua yang Hebat, Bangkit dan Bermartabat”. Untuk itu maka setiap masukan maupun usul saran serta kritik yang disampaikan akan diramu menjadi suplemen dalam menyempurnakan setiap perjuangan dengan satu tujuan membangun Sabu Raijua menjadi lebih baik dari saat ini.
“Visi kami akan menjadi sia-sia tanpa dukungan semua orang Sabu Raijua dimanapun berada. Karena itu kami merasa penting untuk kita duduk bersama dan membahas bagaimana membangun Sabu Raijua kedepan. Kami bukan orang yang sempurna sehingga tentunya membutuhkan masukan dan saran semua orang Sabu ” kata Takem.
Dia menjelaskan ada beberapa strategi yang akan akan diterapkan di Sabu Raijua jika rakyat memberi legitimasi kepada mereka saat Pilkada nanti.
“Di Sabu Raijua, pemerintah sebelumnya sudah menemukan potensi yang bisa meningkatkan PAD. Misalnya Garam. Kalau saat ini garam hanya bisa berproduksi selama musim panas atau kurang lebih delapan bulan saja maka lewat teknologi dan inovasi yang ada kita bisa produksi sepanjang tahun tanpa jeda. Tidak hanya itu, perlu diingat bahwa ada residu lain dari air laut yang bisa dimanfaatkan dan bernilai eknomis selain garam yakni Nigarin atau Sari Air Laut. Kita di Sabu menyebutnya Ai Ad’du. Saat ini kita hanya fokus kepada garam sementara residu lain yang bisa diolah menjadi nigarin itu kita buang percuma. Nah kedepan kita produksi nigarin ini. Harga nigarin saat ini berkisar antara 30 hingga 40 ribu rupiah satu liter,” papar Takem Radja Pono.
Setelah Takem Radja Pono menyampaikan keinginan dan apa saja mimpi mereka untuk Sabu Raijua, Hegi Radja Haba yang juga bertindak sebagai pembawa acara langsung memberi kesempatan kepada para Tokoh maupun generasi Sabu yang ada di Kupang untuk menyampaikan pendapat.
Berbagai masukan disampaikan mulai dari program yang sudah ada saat ini maupun harapan akan pembangunan kedepan. Rata-rata pendapat para Tokoh masyarakat pada kesempatan tersebut menginginkan supaya Sabu Raijua harus kembali Berjaya seperti ketika Marthen Dira Tome menjadi Bupati.
Pasalnya, mereka menilai, sejak Dira Tome bermasalah hukum, berbagai program yang sudah dirintis terkesan dibiarkan musbasir dan tidak dilanjutkan, padahal itu bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
“Sebenarnya apa yang sudah dilakukan oleh Pak Marthen Dira Tome sudah benar sehingga kami berharap supaya Pak Takem dan Pak Hegi bisa melanjutkan sekaligus meningkatkan apa yang sudah dilakukan dulu. Saya ingat bahwa pada Pilkada pertama di Sabu Raijua, kami tidak mendukung Pak Dira Tome, tapi dia mau merangkul dan melibatkan kami untuk membangun Sabu Raijua, sekalipun kami ada di Kupang. Dia tahu bahwa kami memang tinggal di Kupang, tapi bukan berarti tidak ada hubungan dengan saudara-saudara di pulau Sabu. Waktu mau bangun tambak garam di Hawu Mehara, dan ada yang menolak, Pak Marthen menemui kami dan meminta untuk turun ke Sabu karena dia tahu bahwa kami memiliki hubungan dengan lahan yang akan dibangun tambak garam itu” ungkap Hendrik Bunga, tokoh asal Hawu Mehara yang tinggal di Fatufeto.
Sementara Fredy Hendri Boeky salah satu tokoh yang juga mantan atasan langsung Marthen Dira Tome saat di Dinas Pendidikan Provinsi NTT pada kesempatan yang sama mengatakan, membangun Sabu Raijua tidak cukup hanya dengan memiliki kemauan saja. Tapi juga membutuhkan kesiapan fisik dan mental, sebab sudah terbukti bahwa tidak semua niat baik pemerintah dalam membangun Sabu Raijua akan diterima begitu saja oleh masyarakat setempat. Tidak hanya penolakan yang akan dihadapi, tapi juga bagimana memikirkan tentang berbagi potensi yang nanti bisa menghidupi Sabu Raijua secara swadaya tanpa harus menunggu bantuan dari Pemerintah pusat maupun Provinsi.
“Saya lihat ada berbagai gejolak yang terjadi ketika pemerintah hendak melakukan pembangunan. Untung saja Marthen Dira Tome waktu itu memiliki ketegasan dan kemauan yang kuat sehingga tidak melangkah mundur ketika ada penolakan. Saya tahu persis dia karna pernah menjadi staf saya. Dia tidak akan mengenal kata mundur jika itu menyangkut kepentingan banyak orang atau masyarakat. Nah saya harap pemimpin di Sabu Raijua harus seperti itu. Harus siap fisik, tidak boleh tidur-tidur saja atau duduk di belakang meja,” tegas Hendri Boeki, salah satu tokoh yang juga berasal dari Hawu Mehara. (*/bonnepukan)