Temu Tokoh Agama Untuk Bahas Masalah Daerah

0
377

KUPANG. NTTsatu- Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya mengakui, pertemuan dan dialog antara tokoh agama tingkat provinsi NTT yang sudah dilaksanakan secara rutin sejak tahun 2008 lalu merupakan sebuah program yang dilaksanakan untuk membahas dan mencari solusi terhadap berbagai persoalan pembangunan di daerah ini.

Pernyataan tersebut disampaikannya ketika menggelar pertemuan dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT, Senin, 27 April 2015. Hadir dalam pertemuan itu seluruh jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah provinsi NTT, Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turan, Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Uskup Larantuka. Mgr. Fransiskus Kopong Kung, utusan dari Keuskupan Ruteng, Maumere dan Weetebela, serta Ketua Gereja Kristen Sumba (GKS), GMIT, MUI dan Perihisada Hindu Dharma serta sejumlah elemen mahasiswa.

Dalam pertemuan itu dibahas berbagai masalah di NTT seperti kemiskinan, masalah perdagangan manusia (human trafficking), aliran sesat dan berbaga masalah lainnya. Gubernur juga menggambarkan aneka program yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan di daerah ini.

Gubernur mengatakan, masalah kemiskinan memang menjadi momok yang selalu dibahas dimana-mana, namun hingga saat ini sudah mulai ditanggulangi dengan aneka program seperti program Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) dan program lainnya. Program ini sudah sangat membantu masyarakat pedesaan untuk bisa mengatasi masalah kemiskinan di daerah ini.

Terkait trafficking yang saat ini menjadi salah satu momok menakutkan di daerah ini, Gubernur menjelaskan, selama ini pengiriman tenaga kerja dari NTT antara lain melalui Bandara El Tari Kupang, namun belakangan ini pihak TNI AURI menjaga ketat di Bandara sehingga mereka sekarang sudah beralih jalurnya.

“Saya dengar, para calo TKI sekarang membawa calon TKI antara lain ke Larantuka. Mereka naik Feri dari Kupang ke Larangtuka, kemudian mereka menuju Maumere di dana mereka bisa keluar dengan pesawat atau kapal laut. Saya sudah minta pihak-pihak yang berwenang untuk memperketat pengawasan di Bandara dan Pelabuhan,” katanya.

Gubernur juga mengatakan, perlu ada sikap para pemimpin/tokoh agama di daerah ini untuk bersama-sama memerangi masalah trafficking ini, karena yang menjadi korban adlah anak-anak di daerah ini. Dia kemudian menawarkan solusi antara lain para tokoh agama menyuarakan hal ini melalui mimbar-mimbar rumah ibadah masing-masing.

“Trafficking memang harus dicegah, Kita semua harus berjuang bersama agar masalah ini jangan sampai terus berlanjut, karena yang susah adalah anak-anak kita juga<” tegasnya.

Terkait masalah pembangunan di berbagai sektor, Gubernur meminta dukungan para tokoh agama untuk terus mendorong masyarakat agar berperas aktif dalam ikut membangun daerah ini sesuai bidang tugas masing-masing.

“Kita harus sadari bahwa Kemiskinan merupakan pintu radikalisme. Karena itu masalah kemiskinan perlu diperangi bersama. Pengiriman TKI ke luar negeri sebenarnya merupakan salah satu jalan keluar mengatasi kemiskinan, namun karena banyak orang merantau melalui jalur tidak resmi,” kata Kapolda.

Utusan dari Keuskupan Agung Ende, Rm Syrilus Lena, Pr mengatakan, program-program pembangunan di semua kabupaten di NTT yang digagaskan oleh Bupati dan walikota itu sangat baik dan dijalankan dengan baik sehingga menunjukkan hasil yang bagus. Namun sering dipolitisir demi kepentingan politik tertentu.

“Ada bupati yang memiliki program sangat bagus dan dijalankan dengan baik dan berhasil. Namun demi kepentingan politik tertentu, lawan politik mulai memprovokasi masyarakat dengan memutarbalikkan fakta. Politik memang menyakitkan,” kata Romo Syirilus. (bop)

Komentar ANDA?