KUPANG, NTT.satu.com – Banjar Nahor salah satu tersangka dalam kasus dugaan korupsi pembangunan dermaga di Kabupaten Alor dan Flores Timur (Flotim) tahun 2014 senilai Rp 43 miliar, Senin (7/12/2015) sekitar pukul 12.00 Wita tewas di Rumah Sakit Bhayangkara (RSB).Kupang.
Kajati NTT, John W. Purba, SH, MH melalui Kasi Penkum dan Humas Kejati NTT, Ridwan Angsar, SH yang dihubungi wartawan, Selasa (8/12/2015) membenarkan hal itu. Ridwan menjelaskan tersangka meninggal di Rumah Sakit Bhayangkara (RSB) Kupang sekitar pukul 12.00 Wita.
Dijelaskannya, tersangka meninggal setelah menjalani perawatan di RSB Kupang. Sesuai hasil pemeriksaan dokter, tersangka mengalami sakit jantung dan diare.
“Benar, tersangka sudah meninggal di Rumah Sakit Bhayangkara (RSB) Kupang. Tersangka meninggal sekitar pukul 12.00 Wita setelah menjalani perawatan di RSB Kupang, “ katanya.
Ridwan menjelaskan, pihaknya mendapatkan informasi dari pihak Rumah Tahanan (Rutan) Klas II B Kupang ketika tersangka sudah dibawa ke RSB Kupang. Mendengar informasi itu, tambah Ridwan, pihak Kejaksaan Tinggi (Kejati) NTT langsung bergerak menuju RSB Kupang.
Dengan meninggalnya tersangka, lanjut Ridwan, kasus dugaan korupsi pembangunan dermaga di Kabupaten Alor dan Flotim tahun 2014 lalu senilai Rp 43 miliar yang melibatkan tersangka dinyatakan ditutup.
“Karena Nahor (alm) sudah meninggal maka kasus yang menjadikan almarhum tersangka dinyatakan ditutup secara resmi, “ ungkap Ridwan.
Fredom Radja, SH selaku kuasa hukum alm yang ditemui secara terpisah mengatakan dengan meninggalnya alm, dirinya tidak bisa menyimpulkan siapa yang harus bertanggungjawab atas meninggalnya tersangka.
Namun, katanya, jika dilihat dari tanggungjawab pihak Rutan Klas II B Kupang sudah berupaya dengan baik dengan membawa tersangka ke RSB Kupang untuk dirawat. Namun, Tuhan berhendak lain atas tersangka.
“Rumah Tahanan (Rutan) Klas II B Kupang sudah berupaya dengan baik dengan membawa tersangka ke RSB Kupang untuk dirawat. Namun, Tuhan berkata lain. Jadi itu mungkin sudah ajal dari tersangka, “ kata Fredom. (dem)