NTTsatu.com – RUTENG – Lantaran sudah bekerja selama 10 tahun dengan PT Nampar Nos , tiga karyawan tuntut hak dan. Dua karyawan sudah sepuluh tahun sementara satu karyawan lainnya belum mencapai 10 tahun.
“Masa mereka sudah bekerja lama hanya diberi uang pisah,” kata Mus Wanggut anggota jejaring Hak Asasi Manusia ( HAM) Se- Bali – Nusa Tenggara kepada NTTsatu.com kemarin.
Pengaduan tiga mantan karyawan PT Nampar Nos hanya terjawab dengan uang pisah dari tuntutan mereka dengan pihak perusahaan yakni dengan mengacu pada peraturan dan undang – undang yang berlaku sesuai dengan prosedur pengunduran diri melalui cara yang sah menurut peraturan dan undang- undang yang berlaku.
“Adapun tuntutan mereka adalah upah yang dibayar dibawah UMP, lembur tidal dibayar keluar kota, jam lembur lewat dari waktu maksimal, jam kerja seminggu tidak sesuai peraturan perundang- undangan,” kata Mus.
Ketika dibayar uang pisah melalui Dinas Penanaman Modal Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Tenaga Kerja kabupaten Manggarai tidak dihadiri pihak perusahaan. “Kami kecewa dengan pihak perusahaan,” katanya.
Sementara pimpinan perusahaan Agustinus Wily Jomi yang dikonfirmasi melalui pesan Whatshap (WA) dengan NTTsatu.com mengatakan bahwa hanya dua karyawan yang bekerja 10 tahun sementara yang satu belum sampai 10 tahun.
“Kami menilai karyawan dari disiplin dan perfomance selama bekerja,” tegas Wily.
Dia juga mengirimkan daftar hadir sebagai bukti dari kinerja dari 3 mantan karyawanya tersebut. “Karyawan resign itu hak mereka, soal uang pisah itu sudah menjadi pertimbangan perusahan. Saya pikir Disnakertrans sebagai mediasi sangat fair,” ujarnya.
Dia mengatakan perusahaanya sangat sulit mengatur jumlah karyawan 100 orang. Bagaimana mengatur gaji mereka agar bisa menghidupi keluarga.
“Banyak karyawan yang senang dan bertahan dengan perusahaan karena selain gaji kami memberikan pinjaman tanpa bunga dan bantuan lain untuk kesejateraan karyawan,” jelasnya.
Dia meminta agar PT Nampar Nos jangan hanya dipandang dari segelintir orang tetapi melihat sisi baik dari pengakuan karyawan yang bertahan.
“Banyak karyawan saya yang tidak sekolah, kami adakan pendidikan dan pelatihan hingga mereka bisa mandiri untuk bekerja,” jelas Wily. (mus)