NTTsatu.com -MAUMERE – Peristiwa penyerangan di Gereja Stasi Santa Lidwina Bedog Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/2) mendapat reaksi meluas. Dari Kabupaten Sikka, para tokoh agama berkumpul dan mengutuk keras kejadian tersebut.
“Kami para tokoh agama di Kabupaten Sikka menyatakan sikap mengutuk perbuatan penganiayaan bahkan sampai menghilangkan nyawa para tokoh agama yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Dan kami bertekad untuk siap berdampingan berdasarkan sikap toleransi antara pemeluk agama dan kepercayaan yang ada di Kabupaten Sikka,” demikian inti sari dari sikap para tokoh agama.
Sikap para tokoh agama dituangkan dalam pernyataan Sikka Damai, yang ditandatangani bersama-sama di Ruang PPKO Polres Sikka, Selasa (13/2). Mereka yang menandatangani itu yakni Romo Ewal Sedu dan Romo Yohanes satu (Katolik), Pendeta Nining Mandira Lani, Pendeta Roby J. Mesak, dan Pendeta Arthur Goa Mite (Protestan), H. Zaenal Haq (Islam), I Ketut Darmika (Hindu), dan Stefanus Lengkong (Budha).
Ikut menandatangani pernyataan sikap tersebut yakni Danlanal Maumere Sumantri, Kapolres Sikka Rickson PM Situmorang, Pasi Ops Kodim 1603 Sikka Sudarmadji, dan dua staf Badan Kesatuan, Kebangsaan dan Politik Kabupaten Sikka Agustinus A. Da Silva dan Fransiskus Bakti Murni.
Berkumpulnya para tokoh agama serta jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan instansi teknis berkat inisiatif Kapolres Sikka Rickson Situmorang, terkait tindakan kekerasan yang terjadi baru-baru ini di Sleman Yogyakarta yang disinyalir ingin memecah-belah kerukunan umat beragama. Hal ini dilakukan agar peristiwa tersebut tidak berdampak kepada umat di Kabupaten Sikka.
Ketua FKUB Sikka Romo Ewald Sedu menyampaikan apresiasi atas inisiatif Kapolres Sikka yang menggelar rapat koordinasi instansi terkait bersama FKUB Sikka dalam rangka menciptakan situasi yang aman di Kabupaten Sikka. Dia mengajak seluruh pimpinan agama untuk menyampaikan pesan kepada masing-masing umat dan jamaah agar tidak terprovokasi dengan peristiwa yang terjadi di Sleman.
Pendeta Roby J. Mesak dari GBI Siloam Maumere menyebut toleransi beragama di Kabupaten Sikka sudah sangat tinggi. Terhadap peristiwa Sleman, dia meminta agar dipercayakan kepada pihak yang berwajib. Dia berharap penanganan kasus ini dilakukan secara transparan agar diketahui publik.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sikka H. Zaenal Haq menegaskan bahwa umat Islam sangat membenci tindakan kekerasan. Karena itu dia pun menyerukan MUI Sikka mengutuk keras peristiwa dan pelaku kejadian di Sleman. Dia mengajak agar semua umat beragama hidup saling menghormati satu sama lain karena pada hakikatnya semua manusia merupakan ciptaan Allah.
Kapolres Sikka Rickson Situmorang sangat berharap peristiwa yang terjadi di Sleman tidak berdampak kepada toleransi yang sudah berjalan cukup baik di daerah ini. Dia mengajak masing-masing tokoh agama dan umat beragama untuk terus saling meningkatkan kerukunan dan toleransi agar meminimalisir peristiwa yang mengandung unsus suku, agama, dan ras. (vic)
Foto: Suasana rapat koordinasi instansi terkait bersama FKUB Sikka dalam rangka menciptakan situasi yang aman di Kabupaten Sikka, Selasa (13/2) di Ruang PPKO Polres Sikka;