KUPANG. NTTsatu.com – Tragedi yang menimpah tujuh murid SD di Sabu Raijua, Selasa, 13 Desember 2016 mengundang berbagai pihak mengeluarkan pernyataan keras mengutuk peristiwa tragis itu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT dan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) mengeluarkan pernyataan mengutuk tragedi tersebut.
Ketua MUI NTT, H. Abdul Kadir Makarim bersama sekretarisnya H. Mandarlangi Pua Upa dalam pernyataan sikapnya menyatakan, MUI NTT mengecam keras tindakan kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah terutama saat berlangsung kegiatan belajar-mengajar sebagai tragedi kemanusiaan.
Mendesak pemerintah dan pihak keamanan untuk segera mengusut tuntas kasus ini, menemukan pelakunya, menguak motivasi tindakan tersebut dan segera diumumkan ke publik sehingga mengurangi keresahan masyarakat Sabu Raijua serta dalam rangka validasi informasi kepada publik NTT khususnya Sabu Raijua.
MUI juga menghimbau kepada masyarakat Sabu Raijua dan NTT secara umum untuk tetap tenang dan mempercayakan penuh kepada pemerintah dan pihak kepolisian untuk bekerja secara porfesional dalam mengungkap misteri kasus ini.
Menghimbau kepada umat beragama di Sabu Raijua dan NTT secara umum agar tetap menjaga kerukunan antar umat beragama dengan tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Kami segera berkoordinasi dengan tokoh-tokoh agama lintas agama dan pemerintah untuk saling menjaga dan merawat kerukunan umat beragama yang sudah terjalin selama ini,” tulis mereka.
Sementara, Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Pendeta Merry Kolimon juga mengecam keras tindakan penyerangan terhadap siswa-siswi di lingkungan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Seba, di Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua.
“Kami mengecam dengan keras penyerangan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah pada jam belajar,” tegas Merry, di Kupang, Selasa (13/12/2016).
Menurut Merry, kekerasan terhadap anak adalah kekerasan terhadap kemanusiaan. Karena itu, pihaknya meminta pemerintah dan pihak keamanan bekerja sungguh-sungguh guna mengungkap pelaku dan motivasi yang melatarbelakangi tindakan penyerangan tersebut.
Merry juga mengimbau masyarakat dalam hal ini warga gereja untuk tidak terpancing atau terprovokasi kemudian melakukan tindakan main hakim sendiri, namun menyerahkan persoalan itu seutuhnya kepada pihak yang berwenang untuk ditangani.
“Kami minta agar umat lintas agama di Sabu saling menjaga untuk memelihara kerukunan dan bersama-sama bersuara menuntut keadilan bagi anak-anak kita yang menjadi korban. Mari kita jaga Sabu dan NTT sebagai rumah bersama,” imbaunya.
Dia juga mengajak semua pihak agar dengan tegas menolak tindakan memprovokasi dengan cara tidak membiarkan diri terprovokasi. “Kami ajak tokoh-tokoh agama agar saling berkoordinasi untuk memastikan toleransi dan kerukunan di NTT tetap terjaga dan terawat dengan baik,” ajaknya. (*/bp)