Usai Kuliah, Mereka ‘Praktik’ di Hotel

0
1628

Kisah operasi tangkap tangan KPK terhadap Ahmad Fathanah yang bersama mahasiswi di kamar Hotel Le Meridien Jakarta, beberapa waktu lalu, membukakan mata bahwa keberadaan ‘ayam kampus’ memang benar adanya. Lantas bagaimana operasi ‘ayam kampus’ di Kupang yang merupakan kota terbesar di Nusa Tenggara Timur? Berikut penelusuran Media ini yang disajikan dalam dua tulisan.Tulisan kedua dengan judul: Dosen Juga ikut “Makan”

BEREDARNYA kisah “ayam kampus” di kota-kota besar di Pulau Jawa menjadi sebuah catatan pilu bagi generasi muda penerus bangsa ini. Kisah itu ternyata bukan hanya terjadi di kota-kota besar saja, tetapi kini sudah mulai menjalar hingga kota-kota kecil di daerah.

Kupang yang menjadi ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ternyata menyimpan kisah peredaran beberapa mahasiswi yang menjajakan tubuhnya kepada para pria berkantung tebal. Ternyata bisik-bisik tentang ‘ayam kampus’ bukanlah  sebuah kisah bohong. Fenomena itu  sudah menjadi sebuah ‘kewajaran’ yang diperlihatkan dengan tanpa rasa malu.

Beberapa hari terakhir ini, saya mencoba menelisik ke beberapa hotel dan kampus di Kota Kupang, untuk membuktikan: Apa benar kisah ‘ayam kampus’ yang sudah mulai merambah Kota Kupang ini. Tiga hari pertama penelusuran ini tidak membuahkan hasil, karena informasi tentang ‘ayam kampus’ itu tertutup begitu rapi.

Hari ke empat,  saya  mengubah strategi penelusuran. Kebetulan seorang sopir taksi, sebut saja namanya Henky, yang biasa mangkal di sebuah hotel ternama di Kota Kupang masih kerabat dekatku yang sering bertemu dalam urusan-urusan keluarga. Dia dengan polos mengungkapkan kisah ‘ayam kampus’ itu.

Sungguh sangat mengejutkan, karena bukan hanya anak-anak kampus dengan julukan mahasiswi, tetapi praktik itu juga dilakukan siswi-siswi SMA yang ikut dalam ‘permaianan’ itu.

Henky mengawali perbicangan, kisah bermula ketika seorang cewek menelponnya untuk diantar ke hotel. Cewek itu adalah seorang mahasiswi pada sebuah perguruan tinggi di Kota Kupang. Saban hari dia selalu menjemputnya di komplek perguruan tinggi itu lantas mengantarnya ke hotel.

Terima Order

Hari  berikutnya saya semakin penasaran ingin melihat dari dekat apa yang dikisahkan Henky tersebut. Apa dan bagaimana aksi ‘ayam kamus’ itu mencari klien pengguna jasanya atau bagaimana dia menerima orderan dari pria yang ingin mengencaninya.

Berkat sang sopir itu, saya akhirnya berhasil mengobrol dengan seorang mahasiswi yang berprofesi ganda tersebut. Mahasiswa dengan tinggi badan sekitar 170 cm berkulit putih dalam mobil taksi itu berceritera banyak tentang mengapa dia harus melakonkan permainan seperti ini.

Alasan klasik yang dikemukakannya adalah karena faktor ekonomi. Dia mengaku ayahnya hanyalah seorang karyawan swasta dengan gaji yang pas-pasan. Sementara ibunya hanya seorang PNS berijazah SMA. Kehidupan rumah tangga dengan penghasilan kedua orang tua ini tidak cukup untuk membiayai dia bersama tiga saudaranya. Kakaknya juga seorang mahasiswa sedangkan dua adiknya sedang belajar di bangku SMA.

“Saya memang harus menempuh jalan ini, karena harus bisa membantu biaya pendidikan dan kebutuhan keluarga. Sekali dikencani, harganya berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta,” kata wanita cantik berusia 20 tahun, sebut saja Desy itu.

Mahasiswa semester VI pada FKIP di sebuah perguruan tinggi di Kota Kupang ini mengakui, hamir setiap hari dia menerima orderan melalui para sopir taksi yang mangkal di hotel-hotel.Namun tidak semua orderan itu diterimanya karena dia harus membagi waktu untuk kuliah sehingga orderan itu hanya bisa diterima pada saat dia tidak kuliiah atau pada malam hari.

Bebeda  dengan Desy, Tanti seorang pelajar SMA yang tinggal di kompleks perumahan BTN Kolhua ini mengakui, dia juga sering menerima orderan dari tamu di hotel. “Kalau ada orderan, saya bisa layani setelah keluar sekolah. Sore harus balik lagi ke rumah. Tapi kalau tidak ada orderan, saya biasa minta bantuan sopir untuk mencari orderan ,” kata Tanti.

Tanti yang juga diwawancarai dalam mobil taksi yang dikemudikan Henky ini mengaku ayahnya seorang pengusaha asal Bali dan ibunya seorang PNS asal Rote. Namun ayah dan ibunya sudah pisah sehingga dia tinggal bersama ayanya serta dua saudaranya.

“Mama kawin lagi dengan lelaki lain sehingga kami tinggal bersama ayah sendiri. Kesepian menjadi alasan utama saya mencari kesenangan di luar rumah,” kata Tanti polos.

Baik Desy dan Tanti, keduaya mengakui banyak teman-teman-teman di kamus juga di sekolah mereka yang melakukan perbuatan ini dengan banyak alasannya. Mereka menuturkan dengan sangat polos kalau sering bertemu teman-temannya di hotel atau di tempat kencan lainnya. Kendati demikian, mereka selalu selektif menerima dan melayani tamu. bersambung. (FBC/Bonne Pukan)

Komentar ANDA?