Usai Sudah Bakti Putra Nusa Tadon Adonara untuk Flobamorata

0
526
Foto: Gubernur NTT Frans Lebu Raya Periode 2008-2018

TAHUN 1999 lalu tidak ada orang yang pernah menyangka kalau putra Nusa Tadon Adonara, Flores Timur yang bernama lengkap Fransiskus Lebu Raya itu akan bergelinding pasti dalam bola politik Nusa Tenggara Timur hingga mencapai puncak kariernya demi Flobamorata tercinta ini.

Anak kampung Watoone Kecamatan Witihama, pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur ini juga tentu tidak pernah  membayangkan sedikitpun akan menjadi besar di dunia yang penuh intrik ini. Dia hanya datang ke Kupang untuk mengejar ilmu dan memiliki cita-cita menjadi guru. Tidak lebih dari itu. Ternyata Tuhan menyediakan tempat yang sangat istimewa untuk Frans Lebu Raya.

Pria kelahiran 18 Mei 1960 yang kini berumur 58 tahun ini setelah menyelesaikan pendidikannya di Univesitas Negeri Nusa Cendana Kupang, kemudian memulai pengabdiannya di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang didirikan bersama sejumlah teman-temannya. LSM itu dinamakan Yasmara.

Gejolak di tingkat nasional atas kepemimpinan nasional saat itu akhirnya melahirkan orde reformasi. Golkar yang kala itu menjadi penguasa dalam “dekapan” Presiden RI saat itu, Seharto mulai diobok-obok.  Bersamaan dengan itu mulai menguatnya sosok Megawati di tingkat pusat dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang memisahkan diri dari PDI pimpinan Suryadi saat itu.

Di tingkat provinsi NTT, Frans Lebu Raya bersama beberapa kawannya mulai bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Dari situlah nalar politiknya mulai teruji tahap demi tahap dan juga diakuinya sebagai investasi dari segudang pengalaman pahit yang diengkuhnya sebelumnya.

Latar belakangnya sebagai anak petani di kampung masih membuat Frans enggan melangkah ke dalam dunia Politik. Namun kehidupan itu justru turut mewarnai sepak terjangnya di dunia plitik. Pada Pemilihan Legislatif 1999 lalu, Frans terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi NTT dan mengantarkannya pada posisi wakil Ketua DPRD NTT yang saat itu diketuai Politisi senior dari Partai Golkar, Daniel Woda Palle.

Jalan di dunia yang satu ini sudah mulai terbuka. Pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur NTT tahun 2003, Frans justru dipinang Piet Alexander Tallo menjadi calon wakil gubernur NTT. Saat itu pemilihan masih dilakukan oleh wakil-wakil rakyat di DPRD NTT.

Pemilihan saat itu diikuti tiga paket yakni Piet A. Tallo-Frans Lebu Raya, Viktor Laiskodat-Simon Hayon danpasangan Esthon Foenay-Gaspar Panrang Ehok. Pasangan terakhir keok di pemilihan putara kedua sehingga tinggal 2 pasangan yang maju bertarung di putaran kedua yakni Piet A. Tallo-Frans Lebu Raya dan pasangan Viktor Laiskodat-Simon Hayon.

Hasil pemilihannya, anak Sabu dan anak Adonara memenangkan pertarungan yang mendebarkan kala itu. Frans akhirnya meninggalkan kursi wakil Ketua DPRD NTT dan menjadi wakil gubernur mendampingi Piet A. Tallo hingga akhir masa tugasnya tahun 2008.

Foto: Frans Lebu Raya Ketua DPD PDI Perjuangan NTT

Sepak terjang Frans sebagai politisi maupun sebagai pejabat publik mulai terbuka lebar. Lelaki yang murah senyum itu dan luwes dalam pergauloan dengan semua kalangan itu membuat karakternya selalu dekat dengan orang kecil dan sederhana.

Tahun 2008 Frans menggandeng Esthon Foenay dengan tagline politik mereka Fren berhasil menumbangkan politisi kawakan NTT, Ibahim Agustinus Medah yang saat itu berasangan dengan Paulus Moa dan beberapa paket lainnya pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur secara langsung pertama kalinya.

Lima tahun perjalanannya sebagai gubernur NTT periode 2008-20013, Frans kembali bertarung untuk periode kedua. Lagi-lagi Irahim Agustinus Medah yang saat itu berpasangan dengan Melki Laka Lena kekok juga di putaran pertama. Frans kembali mengalahkan bekas wakilnya Esthon Foenay yang memaksakan diri pisah dari Frans dan bertarung melawan anak Adnara ini.

Frans memang menjadi politisi NTT yang tidak mudah ditumbangkan. Dia memiliki strategi politik yang sulit ditebak oleh siapaun baik itu kawan maupun lawan. Dan itulah sosok anak Nusa Tadon yang dikenal sangat pro rakyat karena dia berasal dari dunia LSM yang selalu peduli rakyat.

Dengan spirit pro rakyat itulah Frans menetaskan program yang diberi nama Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah). Program Desa Mandiri Anggur Merah diluncurkan Frans Lebu Raya pada HUT ke-53 NTT pada 20 Desember 2010. Tujuannya membantu rakyat dengan memperkuat kesejahteraan keluarga dari sisi ekonomi.

Program ini memang menjadi program yang diadopsi pemerintah pusat hingga melahirkan program Anggaran Untuk Desa yang mulai diluncurkan tahun lalu.

Foto: Frans Lebu Raya juga adalah sosok yang selalu akrab dengan siapa saja dengan senyumnya yang khas merangkul

Program Anggur Merah telah berhasil membangun ekonomi masyarakat NTT dari desa. Frans menyatakan, dana tersebut telah terbukti dapat mengubah pola kehidupan masyarakat NTT melalui peningkatan pendapatan ekonomi keluarga.

Perjalanan politik Frans memang terbilang mulus dengan prinsip yang dianut almarhum Piet A. Tallo, “Jangan ada dusta diantara kita”. Prinsip ini selalu dipegang teguh Frans sehingga dia selalu mengatakan benar ya benar dan salah ya itu salah.

Frans juga berusaha merawat keberagaman yang ada di NTT menjadi seperti pelangi walau berbeda warna tetapi menampakan sebuah keindahan yang tiada duanya.

Karena upaya itulah maka di akhir 2015 lalu, Frans sempat mendapatkan penghargaan dari Kementerian Agama atas dedikasinya melestarikan kerukunan umat beragama. Pada malam Anugerah Kerukunan Umat Beragama 2015 itu, Frans dinobatkan sebagai gubernur pertama yang memperoleh prestasi tersebut.

Usai menerima pengharagaan, Frans Lebu Raya menuturkan, di tengah krisis yang melanda hubungan antarumat beragama baik di Indonesia maupun di dunia, NTT memberi dan membuka sebuah harapan baru.

Sebelumnya, pada Agustus 2015 Frans mendapatkan tanda kehormatan berupa Bintang Tanda Jasa Utama di bidang koperasi dari Presiden Jokowi yang diterimanya di Istana Negara. Akan tetapi, penghargaan tersebut dipertanyakan oleh sejumlah pihak sebab dinilai keliru. Penilaian untuk memberikan penghargaan kepada Frans harus dilihat dari berbagai aspek. Sebab, berbagai program unggulan pemerintah Provinsi NTT justru tidak menjawab persoalan di masyarakat, seperti kelaparan, gizi buruk, kekeringan dan infrastruktur.

Foto: Gubernur NTT, Frans Lebu Eaya begitu akrab dengan para wartawan yang dinilainya telah banyak membantu dia dalam memimpin NTT

Hari ini, Senin, 16 Juli 2018 merupakan hari terakhir Frans dan Benny Litelnony mengakhir masa tugasnya. Selama 15 Tahun dia ikut membangun NTT dari posisi sebagai wakil gubernur selama lima tahun dan Gubernur NTT selama 10 tahun.

Banyak hal yang sudah dibuatnya untuk masyarakat dan daerah ini. Hanya bagi manusia berhati batu saja yang tidak akan mengakui keberhasilan yang sudah dilakukan putera Nusa Tadon Adonara ini. Tetapi mata dan hati masyarakat NTT akan menyampaikan limpah terima kasih kepada Frans yang telah melaukan aneka terobosan untuk membawa NTT menjadi lebih maju. Memang sebagai manusia tentu ada banyak kekurangan dari itu juga sudah diakuinya. Selamat buatmu anak Watoone, Witihama atas jasamu membangun Flobamorata tercinta ini. (bonne pukan)

Komentar ANDA?