Warga Desa Weilolon Lembata Bunuh Dan Kuliti Buaya

0
745

NTTsatu.com – LEWOLEBA – Warga Desa Weilolon, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Rabu, 1 November 2017 pagi berhasil menangkap seekor buaya dengan panjang mencapai 4,70 meter. Peristiwa ini kemudian menandapat tanggapan meluas yang intinya mengutuk tindakan warga Weilolon.

Penangkapan buaya ini menjadi tontonan warga. Khawatir membahayakan keselamatan warga, buaya tersebut kemudian dibunuh dan dikuliti.

Meski berniat untuk menyelamatkan warga, namun aksi membunuh dan menguliti buaya ini mendapat kecaman dari berbagai pihak setelah foto-foto proses menguliti buaya diunggah ke media sosial.

Dalam akun FB Hati Bokilia yang diposting sekitar pukul 10.08 Wita tadi, terdapat lima foto yakni dua foto penangkapan dan tiga foto proses menguliti dengan menulis.

“Kirain dilepas. Ternyata mereka potong tuk jual kulitnya. Kasihan le,” posting Hati Bokilia di status Facebooknya.

Berikut beberapa komentar yang sempat dikutip dari media sosial facebook:

“Aduh kasian. Peringatan buat anak-anak Kampung Baru dan Weilolon agar jangan mandi di sungai dan laut sendirian. Ia kemudian menambahkan di komentar lainnya bahwa yang tukang potong-potong ini dan keluarganya masing-masing hati-hati kalau ke laut dan sungai. Nenek moyang kok dipotong,” posting akun FB Kristo Tomipurab.

Akun FB Nas Leuhoe Nas menulis ” Awas owww. Kalau kalian potong begitu. Kalau kasi lepas tidak boleh ka. Waspadalah soalnya itu kita punya nenek moyang.”

Foto: Warga Weilolon sedang menguliti seokor buaya yang mereka tangkap, Rabu, 01 November 2017 pagi (Foto: dari akun FB Hati Bokilia)

Putri Bungsi Anastadiaayu Ayu, akun FB lainnya mengatakan “Adu kasian betul. Itu kan nenek kita kok dipotong. Bahaya itu. Senada juga diungkapkan akun FB Klotildis Bunga Peurapeq, itu nenek moyang Weilolon. Kenapa dipitong.

Akun lainnya Witak Paul mengatakan “Wah… jangan dipotong. Bahaya buat kampung di situ.”

Matheus Suban Langodai memposting “Kenapa dipotong. Hewan itu kan dilindungi. Tinggal dibuat penangkarannya dan bisa jadi salah satu destinasi wisata.”

Heni Tana Tawa Purab menulis “Sudah telanjur dipotong. Ini bukti bahwa masyarakat kita belum paham tentang ekosistem. Ke manakah orang-orang yang mengerti dengan persoalan ini? Semoga tidak menjadi musibah pada masa-masa yang akan datang karena tanah kita penuh dengan adat dan kearifan lokal.

Echan Lochang menulis dalam.bahasa Kedang, “Suo akan dapat akibatnya (artinya mereka akan dapatkan akibatnya).”

Rosalinda Sonia Endang menulis “Aduh Tuhan ee. Orang yang potong ini tidak tahu kalau buaya ini kita punya nenek. Kalau memang dia sampai ke darat tu tolong minta orang tua adat mereka jalan pamit langsung kasi makan macam dulu pernah terjadi di kami punya lokasi ni. Aduh kasihan sekali.”

Hingga berita ini dibuat, pihak-pihak terkait yang membunuh dan menguliti buaya belum bisa dikonfirmasi. (vn/bp)

Komentar ANDA?