KUPANG. NTsatu – Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kaban Kesbangpol) Provinsi NTT, Sisilia Sona meminta masyarakat di daerah ini untuk mewaspadai dua ormas yang selama ini beroperasi di NTT, yakni Lembaga Pemantau Penyelenggaran Trias Polica RI (LP2TRI) dan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI). Pasalnya, kedua Lembaga ini berdiri dan hadir di luar dari rambu- rambu sebuah organisasi kemasyarakatan.
Dihubungi di Kupang, Sabtu, 28 Maret 2015 Sona menjelaskan, ada hal yang patut dipertanyakan dari kehadiran dua ormas yang perlu diwaspadai tersebut. Contohnya, setiap orang yang direkrut menjadi anggota harus menyetor sejumlah uang yang ditentukan dan dijanjikan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan iming- iming diberikan gaji yang tinggi mencapai belasan juta.
“Sangat tidak mungkin karena mekanisme menjadi PNS diatur oleh negara atau pemerintah dan standar gaji pokok seorang PNS tidak mencapai angka yang diiming- iming. Kami tidak memberi perpanjangan ijin bagi ormas itu untuk beraktivitas di NTT ketika mereka hendak mengurus perpanjangan aktivitasnya di daerah ini,” tegas Sona.
Menurutnya, NTT masih membentengi diri terhadap berbagai gerakan radikal seperti ISIS. Memang beberapa waktu lalu, Gafatar sempat masuk di NTT tapi sudah berhasil diusir. Secara nasional, NTT termasuk daerah yang sangat aman. Walau demikian, perlu sikap waspada terhadap gerakan- gerakan radikal yang kini berkembang di daerah lain di tanah air.
Lebih lanjut dia menegaskan, gerakan yang bukan ISIS tapi gerakan yang dilakukan sudah keluar dari idiologi negara, juga harus diwaspadai. Untuk mengatakan NTT tidak aman terhadap sejumlah gerakan radikal itu, tentunya harus dibuktikan dengan fakta.
Karena itu, paparnya, semua pihak diminta untuk mengikuti dan melapor kepada aparat pemerintah atau aparat keamanan jika mengetahui ada gerakan radikal atau sesuatu yang mencurigakan yang dilakukan sekelompok atau seseorang yang mengatasnamakan kelompok tertentu.
Sisilia menerangkan, masyarakat di Flores Timur beberapa waktu lalu sempat mencurigai jamaah Tabliq dari Bangladesh yang melakukan sejumlah aktivitas sosial. Sikap curiga dari masyarakat itu memang tidak salah, karena tidak pernah diberitahu sebelumya.
“Setelah dilakukan pengcekan lebih lanjut, Jamaah Tabliq merupakan organisasi resmi agama Islam. Mereka yang tergabung dalam kelompok ini adalah orang yang tergolong mampu dari aspek ekonomi. Hampir setiap saat, kelompok ini datang di NTT untuk melakukan aktivitas sosial,” urainya.
Dia menyatakan, ISIS dan propaganda yang dilakukannya sangat kuat. Provinsi NTT bisa saja menjadi salah satu sasaran pergerakan organisasi radikal ini. Karena itu, sikap waspada perlu ditanamkan dalam diri setiap komponen masyarakat. (bop)