Oleh: Rm Ambros Ladjar, Pr
Hari Minggu Biasa XXIV*, 12 September 2021. Bacaan Yesaya 50 : 5 – 9a & Yakobus 2: 14 – 18 dan bacaan Injil Mk 8: 27-35.
Sewaktu SMP dulu banyak teman sekolah saya muslim. Soal pelajaran agama katolik kadang mereka masih ingat dengan baik. Banyak yang nilai raportnya tinggi sesuai tuntutan ilmu pengetahuan. Meskipun bukan katolik, mereka tetap menjadi sahabat muslim ybk hingga kini. Jika demikian, *bagi kita pengikut Kristus, tentu tak cukup tahu teori tapi juga penghayatan*. Santo Yakobus tegaskan hari ini: iman yang tak disertai dengan perbuatan nyata pada dasarnya adalah mati.
Yesus coba uji pemahaman para rasul. *Harapan-Nya sesuai pendapat pribadi. Siapakah Aku ini?*. Soalnya mereka baru menyaksikan Yesus perbanyak roti. Ia juga sembuhkan seorang buta di Betsaida. *Jawaban mereka variatif dan meleset*. Ada yang bilang Yohanes Pembaptis. Lain lagi Elia dan Seorang dari para nabi. Hanya Petrus yang jawab benar: *Engkaulah Mesias*. Hal ini menunjukan bahwa mereka belum tahu persis pribadi Yesus sebagai Anak Allah. Oleh karena itu Yesus larang agar jangan cerita kepada siapapun tentang Siapa Diri-Nya.
Yesus kemudian mengajar mereka. Setiap orang yang mengikuti Aku, harus *menyangkal diri, memikul Salibnya dan mengikuti Aku*. Barangsiapa mau selamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya. Siapa yang kehilangan nyawa karena Aku dan injil, akan menyelamatkannya. Kita dapat menarik arti Kristus bagi diri kita. *Siapakah Dia?*. Pertanyaan ini terkait dengan penghayatan hidup kita. Tak boleh berdalih karena kesulitan ini dan itu. Mengikuti Yesus bukan saja lewat jalan mulus dan enak tapi banyak lewat kesukaran yang menantang hidup kita.
Selaku pengikut Kristus kita tahu bahwa Yesus akhirnya menderita di Salib. *Dia begtu taat sebagai Hamba Tuhan menurut lukisan nabi Yesaya*. Sebab Dia mengasihi kita tanpa pamrih.
Dapatkah kita ikuti teladan-Nya? Di hadapan Allah martabat kita itu sama. Tak ada yang lebih atau kurang. Tak ada yang kaya dan miskin. *Dari sebab itu tak boleh kita buat diskriminasi dalam relasi*. Sebab dengan membuat pembedaan maka jelas kita pilah perhatian kepada orang. Kita hina sesama manusia karena ada yang terpandang dan ada yang tidak. Kita perlu seimbang menghati iman sebagaimana Kristus ajarkan kepada kita.
Salam sehat di Hari Minggu untuk semuanya. *Tetap taat menjalankan Prokes*. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga kita masing-masing dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita hidup. Amin 🙏🙏🌹✝️🌹🍇🫐🔥🔥🇮🇩🇮🇩
=======
Pastor Paroki Katedral Kupang