Kekerasan pada Perempuan Merupakan Penghujatan pada Tuhan

0
710
Homili Paus pada Pesta Maria, Bunda Allah: Hadiah dan Martabat dari perempuan

Paus Fransiskus memimpin Misa Kudus di Basilika Santo Petrus pada hari pertama tahun 2020, merayakan Pesta Maria, Bunda Allah, dan menandai Hari Perdamaian Dunia ke-53.

Homili pertama Paus Fransiskus itu didedikasikan kepada sosok Maria, pada hari di mana Gereja merayakannya sebagai Bunda Allah. Maria pertama kali dinyatakan sebagai Bunda Allah di Konsili Efesus pada tahun 431, dan Paus Santo Paulus VI yang menetapkan perayaannya pada 1 Januari 1974.

Perempuan sebagai sumber kehidupan
“Pada hari pertama tahun ini”, kita merayakan sebuah “persatuan pernikahan antara Allah dan manusia”, yang diresmikan “di dalam rahim seorang perempuan”. “Kelahiran kembali umat manusia berawal dari seorang perempuan. Perempuan merupakan sumber kehidupan”.

Terlahir dari seorang perempuan
Itulah sebabnya “setiap bentuk kekerasan yang diderita seorang perempuan adalah penghujatan terhadap Tuhan, yang lahir dari seorang perempuan. Seberapa sering tubuh perempuan dikorbankan di altar duniawi dengan iklan, pencatutan, dan pornografi; dieksploitasi seperti kanvas untuk digunakan. Tubuh perempuan harus dibebaskan dari konsumerisme. Mereka harus dihormati dan dihargai”.

Menjaga hatinya
Paus Fransiskus mencatat bagaimana Injil mengisahkan berulang kali mengenai citra Maria yang “menyimpan segala sesuatu di dalam hatinya. Biasanya perempuan mengambil kehidupan dan membawanya ke dalam hati. Perempuan menunjukkan kepada kita bahwa makna hidup tidak ditemukan dengan menciptakan sesuatu melainkan dengan mengambil sesuatu itu dan menyimpannya ke dalam hati. Hanya mereka yang melihat dengan hati dapat melihat sesuatu dengan benar, karena mereka tahu bagaimana benar-benar ‘melihat’ setiap orang ”.

Melihat dengan hati
Pada awal Tahun Baru ini, Paus Fransiskus menantang kita untuk bertanya apakah kita tahu “bagaimana melihat dengan hati”. Hanya jika kita mencurahkan hidup ke dalam hati, “kita akan tahu bagaimana menjaga dan mengatasi ketidakpedulian di sekitar kita. Jika kita menginginkan dunia yang lebih baik, dunia yang akan menjadi rumah yang damai dan bukan medan perang, kita harus memperhatikan martabat setiap perempuan”.

Perempuan sebagai mediator perdamaian
Gereja merayakan 1 Januari sebagai Hari Perdamaian Dunia ke-53, sebuah tradisi yang dimulai oleh Paus Santo Paulus VI pada tahun 1968.

“Perempuan adalah pemberi dan penengah perdamaian,” Paus Fransiskus menambahkan bahwa mereka harus “sepenuhnya dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan”. Ketika para perempuan dapat membagikan hadiah mereka, “dunia menemukan dirinya lebih bersatu, lebih damai. Karenanya, setiap langkah maju bagi perempuan adalah langkah maju bagi kemanusiaan secara keseluruhan”.

Maria sebagai perempuan dan bunda
Maria, yang memulai “revolusi kelembutan” – sesuatu yang mana Gereja dipanggil untuk dapat meneruskannya: “Karena Gereja juga, seperti Maria, adalah perempuan sekaligus bunda”. Ketika mendekati Maria, “Gereja menemukan dirinya sendiri, dia menemukan pusat diri dan kesatuannya. Karena Gereja memiliki hati seorang bunda”.

Paus Fransiskus menutup homilinya dengan memohon pada Maria “untuk melahirkan harapan di dalam diri kita dan mempersatukan kita. Perempuan dari keselamatan, kepadamu kami memercayakan tahun ini. Simpanlah kepercayaan kami ini di dalam hatimu”.

01 Januari 2020
Sumber: Vatican News

Komentar ANDA?