Hanya Kelas 2 SMP, tetapi Bergaul dengan para Jenderal

0
5028

NTTSATU.COM — JAKARTA — Tidak berlebihan kalau lingkup pergaulannya hampir selalu bersinggungan dengan para perwira menengah sampai perwira tinggi. Tampangnya juga sangat meyakinkan. Badannya yang tegap, potongan rambut yang selalu pendek – cepak (bak tentara), dan cara bicara yang artikulatif, membuat orang sering bertanya tentang pendidikan yang pernah dia lewati. Lebih lagi karena di berbagai kegiatan yang melibatkan militer atau polis, Lukas Lagar Tolok selalu berada di meja pimpinan bersama para petinggi.

Atas pertanyaan itu, ia dengan tegas menjawab: “Saya S2..”, maksudnya hanya berpendidikan SD dan SMP (meski tidak tamat). Itulah 2 S (SD, SMP) yang ia punya. Orang pun tidak percaya bahwa pria kelahiran Lerek, 14 – 09 – 1956 ini memang benar hanya berpendidikan SD tamat dan SMP tidak tamat.

Tetapi mengapa dengan pendidikan hanya ‘segitu’, mengapa suami dari Fitria Sarmi ini bisa berkarya selama 31 tahun di PT Astra? Tentu ada hal menarik hal mana coba diceritakan oleh pria yang beralamat di Perum Bulak Kapal Permai.

Dikisahkan, saat berada di SMP Lerek kelas 2, tepatnya tahun 1970, putera bungsu dari pasangan bapak Yohanes Ulmado Tolok dan Ibu Odilia Ukei Lajar ini, bersama-sama membentuk klub sepak bola. Mereka lalu membeli sebuah bola yang harganya dibarter dengan 4 blik kacang tanah. Jumlah kacang tanah itu harus dihantar ke Lewoleba, yang berjarak sekitar 45 km dari kampungnya Lerek.

Karena tidak ada yang bersedia, maka Lukas mau jadi ‘pendekar’. Ia pun nekat pergi meski sang ayah melarangnya. Sekembalinya dari Lewoleba, Lukas yang tahu bahwa sang ayah sangat marah, langsung pergi tinggalkan rumah. Dengan berbekal hanya 1 sisir pisang pemberian kakaknya, ia lari ke Lewoleba. Selanjutnya ayah dari Aloysius Mado Tolok ini menumpang KM Theresia ke Larantuka.

Ia beruntung. Meski tidak membawa uang sepeser pun, Tuhan justru menyelamatkannya. Ada dua orang yang ia kenal dan merekalah yang membayar tiketnya. Dari Larantuka ia terus ke Maumere. Ia tahu bahwa saat turun, ia bisa meminta bantuan dari keluarga yang ada di sana.

Dengar dan Baca

Dengan hanya berbekal pendidikan SMP kelas 2, pria yang memiliki 47 sertifikat kepelatihan di bidang satuan pengamanan (satpam), sadar bahwa ia tidak bisa andalkan pendidikan formalnya. Yang ia andalkan hanyalah sikap kerja keras, bertanggungjawab, selalu mendengar nasihat dan arahan, dan berusaha mengerjakan tugas dengan tuntas. Lukas belajar dari baba Lela dan Mak yang memberinya kepercayaan membakar roti dan kemudian menjualnya keliling kota Maumere. Sejak dini ia sudah tahu bahwa cara untuk belajar adalah ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Artinya, seseorang bisa mengamti apa yang dilakukan orang dan yang disampaiakn orang. Setelahnya ia bisa tiru apa yang sudah ia amati. Tetapi agar bisa lebih sukses, ia perlu modifikasi. Itulah keyakinan yang selalu ia sadari sejak awal di Maumere hingga kini.

Tahun 1977, setelah 7 tahun (1970-1977), Lukas merasa yakin bahwa prinsip terus belajar dan mendengarkan (ATM) dari orang bisa jadi modal untuk bisa ke Jakarta. Ia tahu bahwa di Ibu Kota yang lebih kejam dari  ibu tiri ini ia harus berjuang lebih keras lagi. Tetapi ia sadar bahwa prinsip hidup itulah yang akan terus ia pegang. Beruntung, hanya beberapa bulan ia diterima sebagai anggota pengamanan (security) di PT. FICORINVEST dan bekerja selama 2 tahun (1978-1980).

Keberuntungan terus berpihak padanya. Pada tahun 1980, ia mendapatkan peluang untuk bekerja di PT. ASTRA DAIHATSU INDONESIA (1980 – 1996) dan selanjutnya ia berpindah ke anak perusahaan ASTRA juga yaitu PT. FUJI TECHNICA INDONESIA (ASTRA MOTOR III) dari tahun 1997 hingga 2011) . Di perusahaan besar asal Jepang ini, Lukas bekerja selama 31 tahun totalnya.

Pengalaman panjang di Astra itu menurut pria yang pernah menjadi Timses Jokowi-Ahok dalam pilkada DKI itu, selalu dimanfaatkan dengan sangat baik. Karena sadar ia hanya berpendidikan kelas 2 SMP, maka ketika ada tawaran mengikuti aneka training, ia selalu tidak sia-siakan. Aneka ilmu yang diberikan selalu dicermati dan didalami.

Tidak hanya itu. Dedikasi dan totalitas pada perusahaan dimana ia bekerja selalu ia kedepankan. Hal itulah yang ia tunjukkan di PT Astra dan membuatnya menerima pada Januari 2007, piagam penghargaan KARYA BHAKTI BINA UTAMA, atas pengabdian kepada perusahan PT. FUJI TECHNICA INDONESIA ASTRA MOTOR III selama 25 tahun. Penghargaan serupa diterimanya pada Tahun 1991 atas karya yang telah disumbangkan unutk PT ASTRA DAIHATSU INDONESIA.

Aneka pengalaman itu belum cukup. Seseorang perlu juga membekali diri dengan semagnat membaca. Karena itu Lukas selalu menyisihkan sedikit dana untuk membeli buku motivasi yang berbobot. Ia sadar bahwa karena dunia satpam itu keras, kalau seseorang tidak ditopangi oleh motivasi yang kuat, ia akan tidak mampu bertahan dalam kerasnya ibu kota.

Rangkaian pengalaman hidup inilah yang menjadikan Lukas bisa menjadi pembicara dalam berbagai forum yang membindangi pengamanan. Pada kesempatan itu, ia selalu memotivasi agar para petugas pengamanan tidak menderita aneka sakit yang banyak diderita oleh banyak karyawan “Asma” (Asal mengisi absen) “Ginjal” (Gaji Ingin Naik tetapi kerjanya lambat), “Pucat” (Pulang Cepat), “Kudis” (Kurang Disiplin).

Tentang disiplin, tak jarang Lukas mengungkapkan dengan besar hati hal berikut tentang penghargaan dari PT Fuji Technica. Tahu 2007, perusahaan Jepang itu mengangugerahkannya sebagai karyawan yang Selalu Hadir di Tempat Kerja tepat waktu. Itu semua dilakukan karena dedikasi dan komitmen yang kuat yang selalu ia pegang.

Terus Berkarya

Karena yang diandalkan bukan pendidikan formal tetapi bukti nyata dalam kerja, maka setelah pensiun dari PT ASTRA, pria yang pernah menjadi Kepala Bidang Pelatihan dan Rekruitmen Anggota Security PT. Bima Adikarya Persada di Akademi Komunitas Presiden, Jababeka Cikarang (2013 – 2017) ditawari oleh beberapa perusahaan untuk terus berkarya. Ia pun memilih di PT BAP Bima Adikarya Persada.

Pekerjaan baru ini justru sangat menantang dan banyak menyita waktu dan perhatiannya. Perusahaan tempat ia bekerja memiliki kaitan dengan 400 perusahaan di Jababeka yang memiliki 3.000 karyawan yang semuanya menjadi bagian tanggungjawabnya.

Dengan tanggungjawab seperti ini, relasi dengan aparat keamanan mulai tingkat kebupaten hingga provinsi dan pusat tidak bsia dihindari. Karena pekerjaan sekarang tidak jauh berbeda dengan apa yang ia tangani saat di PT Astra, maka sudah sejak saat itu lingkup pergaulannya tidak asing dengan para petinggi militer dan kepolisian.

Terhadap aneka privilese yang ia punyai, kadang ia merasa heran. Dengan pendidikan serendah itu, ia bisa bergaul dengan orang-orang besar terutama para petinggi militer. Baginya, semuanya bisa terjadi bukan karena dirinya tetapi karena Tuhan dan para leluhur yang selalu menyertainya. Keyakinan itulah yang selalu ia bawa dan tularkan kepada generasi muda. Meski hidup di Jakarta, Lukas tidak pernah lupa tradisi. Aneka ritus seperti ‘potong ayam’ sebagai ucapan syukur dan ritus adat selalu dilakukan.

Lalu apa pesan pada generasi yang lebih muda darinya? Sambil menarik napas panjang Lukas berucap demikian. Ia selalu tidak suka mendengar orang yang mengeluh bahwa kerja di Jakarta susah. Baginya, cari kerja hanya susah bagi mereka yang malas bekerja. Bagi yang ingin bekerja keras sekarang maka kelak akan mendapatkan hasilnya. Sementara bagi yang bermalas-malasan sekarang, nanti pun akan menuai seperti apa yang ia tabur yaitu kemalasan.

Jakarta karena itu baginya seperti gudang emas yang hanya bisa digali dan ditemukan oleh orang yang kerja keras. Ia umpamakan, dirinya yang minim pendidikan, malah diberi kepercayaan untuk menangani tenaga kerja asing di perusahaannya. Ia bersyukur bahwa ketika masih berada di ASTRA tahun 2002 dan 2006, ia ikuti sosialisai perizinan dan perundang-undangan Tenaga Kerja Asing (TKA). Hal itu hanya membenarkan bahwa ketika orang punya niat, jalan selalu terbentang di depan.

Bagi yang mengeluh tidak bisa punya pendidikan formal, Lukas punya jawaban jitu. Baginya, kalau tahu diri tidak berilmu, maka jangan ragu-ragu ke toko buku ternama (seperti Gramedia). Ataupun tidak bisa beli buku baru, bisa dapatkan buku second dari Pasar Senen. Singkatnya kalau ada niat, kemauan, dan semangat, maka jalan akan terbuka lebar untuk dilalui dan diperoleh hasil.

Setelah memperoleh ilmu cukup dan kerja keras yang mendukung, ada satu hal yang jauh lebih utama yang perlu dimiliki yaitu kejujuran. “Orang pintar jaman sekarang banyak.tapi orang jujur makin terkikis.kita yg pendidikan pas-pasan biar tidak pintar tapi kita jujur”, demikian Lukas menutup obrolan di sore itu.

=======

(Robert Bala, Penulis buku INSPIRASI HIDUP, Pengalaman Kecil di Tengah Pandemi, Penerbit Kanisius, 2021)

Komentar ANDA?