Ditemui di sekitar lokasi kejadian, Adriana didampingi suaminya Simon Haeleke hanya bisa menangis dan duduk terpaku di sisi bendungan Tilong.
Mereka tidak berharap banyak soal keselamatan anak mereka karena bendungan Tilong memiliki kedalaman hingga 100 meter. “Kami hanya berharap dia bisa ditemukan,” tandasnya.
Adriana mengaku kalau anak keduanya ini sama sekali tidak bisa berenang dan jarang keluar rumah.
Ia sempat melarang saat korban meminta izin pada Jumat (26/3/2021) untuk lari sore karena diajak rekan-rekannya. Adriana beralasan kalau korban yang juga siswa kelas 2 SMAN 2 Kupang Tengah, Kabupaten Kupang ini tidak pernah lari sore atau lari pagi. “Makanya saya larang waktu kemarin sore dia izin mau lari sore karena diajak teman-temannya,” ujar Adriana.
Ia juga tak menyangka kalau pada Sabtu (27/3/2021) korban melanggar larangannya dan lari pagi dengan rekan-rekannya.
Selama ini sejak sekolah secara online, korban bangun pagi sekitar pukul 10.00 wita.
Adriana awalnya menduga korban masih tidur. Ia kaget mendapat telepon kalau korban tenggelam di bendungan Tilong pasca lari pagi. “Kalau saja saya tahu dia datang kesini (bendungan Tilong), saya tidak akan ijinkan,” ujar Adriana.
Adriana dan suaminya hanya berharap mujizat. Ia menyadari kalau kondisi bendungan Tilong sangat dalam dan warna air yang keruh cukup menyulitkan petugas.
Ditemani kerabatnya, Adriana dan suaminya memilih berdoa dibawah pohon dan berharap anaknya segera ditemukan. Saat datang ke lokasi kejadian, Adriana hanya mendapat sepatu biru dan baju kaos hijau milik anaknya.
Alfin Haeleke (18), siswa kelas II SMAN 2 Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT hilang dan tenggelam di jembatan Tilong di Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Sabtu (27/3/2021) pagi.
Korban yang juga warga RT 03/RW 02, Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang ini berenang usai lari pagi bersama sejumlah rekannya.
Sabtu (27/3/2021) pagi, korban diajak sejumlah rekannya untuk lari pagi. Korban pun lari pagi bersama Nebayot Asamene (18), mahasiswa, Yandres Ome (17), pelajar dan Nirius Nenohai (18), pelajar. Mereka merupakan warga Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang tengah, Kabupaten Kupang.
Usai lari pagi, korban dan rekannya ke bendungan Tilong untuk mandi. Korban dikabarkan langsung meloncat ke bendungan Tilong dan berenang ke dalam bendungan Tilong.
Beberapa saat kemudian setelah berenang beberapa meter, korban berteriak minta tolong sambil menggerakkan tangannya. Rekan korban yang melihat korban, mencoba menolong korban dan berenang mendekati korban.
Namun karena takut dan sudah lelah berenang, maka rekan korban kembali ke daratan.
Salah seorang warga, Viktor Samena yang juga ada di lokasi kejadian langsung menelepon keluarga korban untuk melaporkan.
Peristiwa ini juga dilaporkan ke polisi di Polsek Kupang Tengah dan Polres Kupang.
Kapolsek Kupang Tengah, Ipda Elpidus Kono Feka, S.Sos meminta bantuan Basarnas dan Tagana Dinas Sosial untuk proses evakuasi dari bendungan Tilong.
Tim Basarnas menerjunkan perahu dan sejumlah peralatan melakukan pencarian di sekitar bendungan Tilong. Hingga siang hari, proses pencarian masih berlangsung dan petugas belum menemukan korban.
Rekan korban, Yandres Ome mengaku kalau usai lari pagi korban langsung meloncat ke dalam bendungan Tilong diikuti rekan-rekannya. “Rupanya korban tidak bisa merenang. Kami sempat menolong tapi korban hilang sehingga kami berenang ke daratan dan melaporkan ke orang tua korban,” tandasnya. (RNC/bp)