Ketika Katolik Menyampaikan Kebaikan Agama Islam

0
1664

Persaudaraan tanpa sekat semestinya terus dipupuk dan ditingkatkan. Barangkali apa yang diulas Pastor Tuan Kopong, MSF misionaris asal Adonara, NTT di Manila, Fiilipina melalui akun facebooknya menjadi inspirasi buat semua kita yang merindukan kedamaian dalam persahabatan dan persaudaraan. Ikutilah cerita Tuan Kopong, MSF berikut ini.

 

KETIKA memasuki grab dan sambil mengenakan sabuk pengaman dalam perjalanan menuju ke SM Fairview Mall untuk pertemuan bersama teman-teman imam kevikepan Christ the King hari ini (19 Nopember 2018), saya ditanya oleh sopir; maaf sir, sepertinya Anda bukan orang Pilipina. Apa negara Anda? Saya menjawab; ya saya bukan Pilipino, tapi saya orang Indonesia.

Apakah anda bekerja di sini dan keluarga Anda ikut bersamamu di Pilipina, tanyanya lagi. Saya menjawab, iya saya bekerja di Pilipina sebagai Misionaris karena saya imam, maka saya tidak membawa keluarga. Diapun kaget dan meminta maaf. Saya katakan tidak apa-apa.

Ketika mendengar bahwa saya Imam, iapun kaget dan kembali bertanya; kok bisa, bukannya Indonesia negara Islam? Kok sir bisa menjadi imam dan tentu orang tua Anda juga Islam khan? Saya menjawab dengan singkat; bahwa agama Mayoritas di Indonesia adalah Islam itu betul, tapi bukan berarti tidak ada agama lain. Seperti di tempat saya di Flores, mayoritas Katolik tapi ada juga umat Islam. Keluarga ibu saya dari pihak mamanya ibu, Islam semua.

Perbincangan hingga sampai di SM Fairview adalah seputar dialog dan persaudaraan antara umat Katolik dan Islam di Indonesia. Dia masih bertanya kepada saya; apakah di tempat sir, maksud saya di Indonesia umat Islam bisa berkumpul, berceritera dan berteman dengan umat Katoli, demikian juga sebalinya?

Saya menjawab; bisa dan sangat bisa. Saya kemudian menunjukan foto saya ketika sedang berdoa bersama teman-teman Islam di Samarinda waktu Natal bersama orang muda lintas agama di paroki St. Lukas-Samarinda.

Saya mengatakan; Islam adalah agama pembawa damai. Katolik adalah agama yang mencintai kedamaian dan kehidupan. Maka persahabatan dan pertamanan kami meski berbada agama dan keyakinan adalah untuk hidup dan bertumbuhkembangnya hidup, kedamaian dan persatuan.

Tapi Islam khan selalu membuat kekacauan seperti ISIS dan juga kelompok Maute seperti di Marawi dan Abu Sayap di Mindanao. Lalu bagaimana kamu bisa berteman dengan mereka?

Saya kembali menjawab; Islam yang saya ketahui adalah mencintai kedamaian dan bukan kekerasan. Ketika ada yang melakukan kekerasan, maka itu bukan Islam. Hanya teroris yang menjadikan agama sebagai boncengan untuk melakukan kekerasan. Kuya khan tahu juga bagaimana hubungan antar gereja dan agama lain di Pilipina sini. Atau agama lain di negara lain yang mayoritas maka akan menindas yang minoritas.

Bagi saya mereka yang melakukan kekerasan adalah teroris bermuka agama dan bukan agama itu sendiri. Apapun agamanya selalu mengajarkan kebaikan, kedamaian dan persahabatan dengan siapapun.

Demikian juga Islam di Indonesia adalah Islam yang mengajarkan kedamaian seperti halnya Katolik. Maka Islam sebagai agama tidak salah, bergaul dan bersahabat dengan umat Islam dan sebaliknya itu adalah kewajiban sebagai manusia beragama dan manusia sosial.

Sekali lagi jika ada yang melakjukan kekerasan, ia adalah teroris dan bukan bagian dari agama apapun. Tak terasa perbincangan kami selama 30 menit perjalanan akhirnya mengantarkan saya tiba di tempat tujuan.

Kuya (sang sopir) lantas berkata; pari terima kasih banyak atas perbincangan dan penjelasannya. Saya semakin paham dan tidak takut untuk bersahabat dengan teman-teman Islam di sini.

Sama-sama kuya, jawab saya. Hati-hati di jalan.

Manila: Nopiyembre-19-2018
Pater Tuan Kopong MSF
=====

Foto: Pater Tuan Kopong, MSF bersama Umat Islam dicSamarinda Kalimantan beberapa waktu lalu

Komentar ANDA?