Pemdes Hadakewa Gandeng Bakti Kominfo untuk Percepat Digitalisasi Desa Wisata

0
1601

NTTsatu.com — LEMBATA — Desa Hadakewa salah satu desa yang berada di Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur Timur. Di desa ini terdapat Bumdes sangat terkenal yaitu, Bumdes 7 Maret dengan produk Ikan Teri serta pantai wisata Hadakewa yang akan segera di launching dalam waktu dekat.

Saat ini, Desa Hadakewa memiliki rencana dan semangat membangun desa dengan memaksimalkan teknologi informasi untuk mewujudkan menjadi desa digital atau lebih dikenal dengan program Internet Desa.

Kepada wartawan, Jumad (19/2/2021), Kepala desa Hadakewa, Klemens Kwaman mengatakan dengan dibangunnya internet di desa Hadakewa bisa bersanding dengan pariwisata dan Bumdes yang ada.

“Jadi ketika tamu/pengunjung mengunjungi Pariwisata di desa Hadakewa, datang gratisan internet di sini, bayarnya di kopi,” ungkap Klemens.

Dikatakannya, selain internet mendukung pariwisata, pemdes Hadakewa juga memprioritaskan internet tersebut bagi pelajar dan guru yang saat ini belajar dan mengajar dari rumah.

Menurutnya, di masa pandemi virus corona atau covid-19 semua kegiatan belajar mengajar secara tatap muka seperti biasa semua dihentikan agar penyebaran virus corona tidak merambah pada anak-anak sekolah.

Dijelaskan, dengan adanya internet desa nantinya membantu anak-anak sekolah mengikutipelajaran secara online

“Internet masuk, anak sekolah bisa belajar. Jadi saya kejarnya itu. Jadi keadaan pandemi, guru juga bisa mengajar dan anak-anak bisa belajar tanpa pikir data. Karena ini unlimited,” jelasnya.

Lanjut Klemens, katanya, saat ini tidak semua orang bisa beli pulsa sebanyak 100 ribu.

“Kita mau jadikan Hadakewa sebagai desa Digital. Sehingga ke depan, masih maju, program yang disiapkan adalah yang mana pengurus administrasi semuanya dengan sistem digital,” katanya.

Dijelaskannya, internet masuk desa merupakan program internet desa Bakti Kominfo bekerja sama dengan Internet Service Provider/ISP yang ada di daerah sekitar.

“ISP ini yang nanti membantu kita. Contohnya desa yang tidak punya anggaran, ISP siap memfasilitasi semua. Jadi anggap saja kita kerja ISP punya usaha, kita yang jual. Tetapi kalau desa punya ada, bagi hasil, murninya ke kita, dari BAKTI menyarankan kalau bisa desa. Tetapi kalau awalnya desa belum ada anggaran, mereka bisa fasilitas dari nol sampai jadi. Itu kurang lebih butuh ratusan juta dan ISP siap. Konsepnya, kalau internet sudah ada di desa kita jualan dan yang kerja nanti bumdes,” tutup Klemens. (*/yos)

Komentar ANDA?