3 Srikandi TKW Singpura Koordinir Bantuan Bencana Lembata-Adonara 

0
2785

NTTsatu.com — JAKARTA — Meski sudah 20 tahun lebih berada di negeri orang, tetapi ketika bencana itu melanda kampung halaman, hati tergerak, demikian 3 srikandi TKW di Singapura, Theresia Tuto Wawin, Yosephina Benga Atatimu, dan Maria Imakulata Peni Nuban.

“Yang terpikir saat dengar kabar, langung panik dan bertanya bagaimana keluarga aku di Lembata? Apakah mereka baik-baik saja”, demikian Maria Imakulata Peni Nuban yang biasa disapa Ani Nuban. Wanita yang sudah bekerja di Singapura sejak Februari 1999 mengatakan meski bekerja jauh dari keluarga tetapi informasi selalu lancar. Karenanya ketika ada bencana begini, hati rasanya sedih.

Hal yang sama diungkapkan oleh Theresia Tuto Wawin. Wanita asal Watuwawer Lembata yang biasa disapa Esi Wawin ini mengatakan bahwa saat mendengar kabar itu yang terpikir adalah keselamatan keluarga sebagai prioritas. Hal-hal lain akan kita usahakan yang penting selamat dulu, demikian wanita kelahiran 21 November 1982 yang sudah bekerja di Singapura sejak 1998.

Demikian juga ungkap Yosephina Benga Atatimu. Wanita kelahiran Lewoleba 18 Maret 1973 yang biasa disapa ‘Fin Atatimu’ bekerja di Singapura sejak 2009 ini mengatakan yang terbetik dalam pikiran untuk membantu para korban adalah ingin membagi berkat dengan para korban, demikian wanita tamatan SMA PGRI Lewoleba Tahun 1990 ini.

Menggerakan Sahabat dan Kenalan

Saat ditanya, bagaimana mereka mengumpulkan dana sebesar $ 700 (sekitar Rp 7,500.000) itu, mereka menjawab bahwa antara TKW yang berasal dari Lembata juga dari Flores ada WA group. Tetapi terkait dengan bencana mereka hubungi secara pribadi dan semuanya langsung menyatakan kesediaan apakah ikut ambil bagian.

Dalam sharingnya, Ani yang meski hanya tamatan SD tetapi lincah berbahasa Inggris ini mengatakan bahwa setelah terjadi bencana itu, ia langsung mengontak sahabatnya Agustina Kedang perihal donasi. “Respon kaka Agustina sangat bagus lalu kami dua pikirkan bagaimana menyampaiakn ke teman-teman yang lain. Ternyata apa yang disampaikan itu diterima dan dalam waktu yang sangat singkat semua bergerak”.

Ani menyebut secara khusus teman-teman yang menyambut gerakan dengan senang hati: Ety Nuban, Atty Henakin, Ria Atawuwur, dan Mia Maria.

Tak hanya itu. Ani, kelahiran Atawolo 25 Agustus 1974 mengatakan bahwa ia sampaikan juga ke Mary Lee, seorang nenek yang berumur 88 tahun itu. Waktu diberitahu ia dengan senang hati dan langsung memberikan S$ 100 dollar Singapura. Selanjutnya Ani mengatakan bahwa sang majikan hanya menitip pesan: gift is happines (pemberian adalah (sebuah) kebahagiaan.

Dana juga sempat diberikan oleh orang Singapura: Mr Amran, security Delivery Este, Ms Ria Ira, dan Ms Ho Mun Chin.

Esi Wawin mengungkapkan bahwa bantuan yang diberikan tentu tidak sepadan dengan penderitaan para korban.Tetapi apa yang diberikan adalah ungkapan terimakasih karena Teresia sudah mendaptkan banyak kemurahan hati dari majikan tempat ia bekerja. “Mereka selalu membantu saya dalam setiap kesusahan dan kesulitan karena itu selama 20 tahun lebih saya bekerja dengan keluarga yang sama. Karena itu bantuan sedikit adalah sekalian ucapan terimaksih karena sudah mendapatkan anugerah melalui mereka dan kini bisa berbagi meski hanya sedikit”.

Hal senada diungkapkan Fin Atatimu. Baginya, ada banyak anugerah yang diperoleh dari Tuhan melalui majikan yang baik dan murah hati. Itulah sebuah berkat. Kni bisa berbagi karena Tuhan menyalurkan berkat melalui mereka. Demikian wanita tamatan SMA PGRI Lewoleba tahun 1990.

Yayasan Koker Niko Beeker dan JPIC SSpS

Berkaitan dengan teknis pengiriman bantuan, Ani Nuban mengatakan bahwa dari awal ia dan teman-teman ingin agar bantuan itu bisa disalurkan melalui Yayasan resmi, yaitu Yayasan Koker Niko Beeker di Bank Mandiri dengan No Rekening: 120-0010-667-066 (an Yayasan Koker Niko Beeker).

Ketika ditanya, mengapa memilih Yayasan resmi sebagai saluran, Ani mengatakan: “Memang banyak orang berhati baik dan ingin menjadi penyalur tetapi alangkah lebih baik bekerja sama dengan Yayasan”. Selain itu, meski bekerja di Singapura tetapi Ani juga menjadi pengurus Yayasan Koker Niko Beeker yang membawani SMA SKO SMARD Lembata.

Alasan lain karena Ani mendapatkan informasi bahwa Yayasan Koker juga bekerjasama dengan JPIC Suster SSpS Flores Timur. “Para suster ketika ada bencana itu mereka turun langsung di lapangan. Mereka itu orang biarawan yang kalau berbakti itu secara total. Karena itu yang kita buat hanyalah meringankan bebannya”.

Mendengar kabar tentang antusiasme memberikan bantuan yang tengah digalakan oleh Yayasan Koker Niko Beeker, Sr. Wilhelmina Kato, SSpS Ketua JPIC SSpS Flores Timur mengatakan bahwa pada hari itu mereka langsung mengalokasikan belanja beras 2 ton, gula pasir 100 kg, mie instan 20 dos. Pembelian itu akan mereka talangin sampai sumbangan itu benar-benar siap.

Saat berita ini diturunkan, para suster SSpS tengah berada di Adonara menangani para korban bencana alam. Dari Adonara mereka akan menyapa para korban di Ile Ape, demikian informasi Sr Margaretha SSpS (Ketua BLK SSpS Lembata) melalui jaringan WA. (rb)

Komentar ANDA?