BAHASA DAN RUANG LINGKUP SOSIAL: Sebuah Catatan

0
397

Oleh: Dra. Christina Purwanti, M.Pd.
( Dosen Bahasa Indonesia Universitas Pelita Harapan )

Bahasa hadir sebagai pembuka perjumpaan di ruang publik. Bahasa hadir sebetulnya memiliki nilai rasa tersendiri dalam membuka dan menyapa ruang lingkup sosial dan ketika itu juga ruang lingkup sosial memiliki warna baru dalam berkomunikasi bagi setiap pengguna bahasa. Pada saat yang sama pun, ruang lingkup sosial segera memperoleh status baru karena eksistensi bahasa yang boleh dibilang kian merasuk dalam perjumpaan di ruang lingkup sosial.

Bahasa menunjukan bangsa. Eksistensi bahasa semacam ini sebetulnya mengafirmasi atau memberi tekanan utama bahwa betapa penting dan urgennya sebuah bahasa, memberi nilai tersendiri pada setiap perjumpaan. Terjadi sebuah problem unik di mana pengguna bahasa menggunakan bahasa sebagai instrumen, sebetulnya pada saat yang sama bahasa hadir memiliki dua fungsi utama secara bersamaan ( inheren ) yakni sebagai prinsip utama sekaligus sebagai pelengkap utama. Hadirnya bahasa pada bagian ini sebetulnya memberi sekaligus memiliki tenaga baru terhadap ruang lingkup sosial yang bisa menyatukan banyak hal dalam pemaknaan dan penilan terhadap sebuah bangsa. Artinya, nilai rasa bahasa selalu hadir pada setiap aktivitas sosial dengan menggunakan bahasa sebagai perspektifnya atau dengan ungkapan khas penulis, bahasa hadir memberi catatan baru bagi setiap ruang lingkup sosial.

Pada setiap ruang lingkup sosial selalu memandang bahasa sebagai model utama dalam realitas sosial dan hal ini sebetulnya terjadi pada hampir seluruh bidang kehidupan dalam berbangsa dan juga dalam hal bernegara. Hal ini seperti terlihat dalam bidang hukum yang selalu menggunakan bahasa formal yang terurai dalam setiap naskah hukum. Peran bahasa sebagai bahasa formal dalam hukum yang menuntut kepatuhan dan ketaatan dari masyarakat hukum, pada saat yang sama pun prinsip bahasa bisa berubah menjadi sebuah distorsi yang saya sebut sebagai distorsi bahasa dalam hukum yang bisa membuat masyarakat hukum menjadi melek hukum pada setiap praktik hukum.

Aspek yang berikutnya adalah budaya. Dalam bahasa budaya, aspek bahasa menjadi sangat penting, urgen dan bernilai tinggi. Koentjaraninggrat dalan memberi makna tentang apa itu kebudayaan secara lebih jauh ia mengatakan bahwa salah satu unsur iniversal dalam kebudayaan adalah bahasa.
Singkatnya bahasa sebagai elemen utama dalam sebuah aspek kehidupan manusia jika kita lebih memahami secara mendalam ruang lingkup sosialnya. Aspek bahasa menjadi prinsip utama dan elemen penentu, mulai dari memahami makna, memberi nilai dan selanjudnya bisa mengetahui tujuan apa yang mau dicapai sacara terbuka lewat bahasa yang digunakan. Makna, nilai dan tujuan dari sebuah bahasa sebenarnya harus selalu taat pada pengguna bahasa.vDari sini kita bisa mengukur kekuatan dan kemampuan berbahasa seseorang dalam realitas sosial yang fokusnya adalah budaya, di mana orang tersebut menggunakan bahasa sebagai perspektifnya.

Atau pun dalam konteks sekarang orang sering menggunakan bahasa politik dalam praktik politik. Penggunaan bahasa dalam praktik pilitik selalu saja mengandung sejuta makna dan banyak nilai yang terus tercecer dalam penggunaan bahasa karena tujuan penggunaan bahasa secara spesifik dalam berpolitik sebetulnya makna dan nilai rasa bahasanya sangat melekat atau begitu tertib dan taat pada penggunanya. Penulis sendiri adalah seorang dosen bahasa Indonesia, berasal dari suku jawa yang selalu memperhatikan aspek budaya dalam berbahasa ketika orang mau menyampaikan sebuah pesan. Tekanan utama yang muncul dan terlihat pada awalnya adalah aspek bahasa.

Atau pun juga dalan berkomunikasi pada umumnya. Ilmu komunikasi yang baik dan memadai dalam keseluruhan praktiknya, bagi saya elemen bahasa menjadi titik tolaknya. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, dan bagaimana berkomunikasi secara efektif satu terhadap yang lainnya, hal penting yang segera terbaca adalah bagaimana seorang komunikator yang handal menggunakan bahasa ketika berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada komunikannya. Yang tentu dalam berkomunikasi ini pun perlu mempertimbangkan media apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan apa dampak yang sesungguhnya dari produk berita tersebut dan diberitakan lewat media apa pun, seperti itu. Seluruh pemaknaan baik berasal dari komunikator terhadap komunikan, pesan apa pun yang disampaikan, media apa pun yang digunakan serta dampak apa pun yang harus dihadapi; semuanya selalu bertaut pada bahasa. Sekali lagi, bahasa selalu saja taat kepada penggunanya dalam kondisi apa pun yang mengitari penuturnya dalam ruang lingkup sosial.

Makna dan nilai sebuah bahasa dalam setiap aspek kehidupan dapat dikenali secara efektif ketika bahasa berada dalam ruang lingkup sosial. Bagi saya hal utama yang perlu digarisbawahi dalam tulisan ini adalah bahwa dalam ruang lingkup sosial pemahaman bahasa semestinya menjadi elemen kunci dalam memberi makna dari sebuah fakta sosial. Bersamaan dengan hal tersebut siapa pun dalam berbahasa harus bisa memiliki kemampuan untuk menilai setiap fakta sosial, dan selanjudnya bisa memiliki tujuan utama dari sebuah bahasa adalah segala makna dan nilai rasa bahasa dari sebuah bahasa, dapat mencapai tujuan atau dapat tersampaikan.
Terima kasih. Semoga bermaafaat

Komentar ANDA?