PERIHAL ILMUWAN POLITIK: SEBUAH CATATAN TENTANG NILAI – ETIS

0
1092

Oleh: Thomas Tokan Pureklolon

Kewajiban penting bagi siapa pun dalam bidang pendidikan, aktivitas membaca, merenung dan menulis adalah nilai kehidupan yang terus berjejak sepanjang dunia pendidikan masih bermartabat di mata publik. Ketiga nilai ini bersifat tetap dan mengikat bagi setiap orang sebagai tenaga pendidik dan diterima menjadi patokan utama dalam mengabdi dan melayani pada sebuah sistem pendidikan yang selalu diramu secara cerdas dan berwibawah.

Lazimnya dalam bidang pendidikan, untuk meningkatkan kualitas seorang tenaga pendidik, ketiga nilai ini pun terjadi agar setiap orang (to whom is your concern) selalu berpikir dan merasa dikuatkan dalam peradaban berpikirnya. Perlu diingat bahwa semua peradaban nilai yang diperoleh dalam segenap bidang pendidikan termasuk ketiga nilai tersebut, tentu berjalan secara benar (verum), baik (bonum), dan lancar serta diharapkan bertransformasi ketika berhadapan dengan berbagai sistem nilai baru.

Siapa pun tenaga akademik, atau seorang dosen sekali pun tentu berjuang agar survive dalam bidangnya dan berfokus pada berbagai kajian yang terus digelutinya.

Terdapat 6 nilai etis ala Thomas Tokan Pureklolon, tentang esensi dari seorang ilmuwan politik yang nota benenya suka membaca, merenung dan menulis:

1. Seorang ilmuwan politik seharusnya bisa bahu-membahu dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, termasuk ilmu komunikasi, hubungan internasional, sosiologi, atministrasi negara, kriminologi, manajemen pemerintahan, ilmu pemerintahan, dan lain sebagainya.

2. Seorang ilmuwan politik, jangan pernah saling menista satu dengan yang lainnya, dalam arti mendewakan disiplin ilmu yang dimilikinya jauh lebih bernilai daripada yang lainnya. Satu ilmu, satu rumpun, satu nomenklatur dan satu fakuktas yang sama dan tetap unggul dalam dirinya.

3. Setiap ilmuwan politik, mestinya terbuka hatinya untuk berbuat baik dan berkembang maju dalam ilmunya jika bersanding dengan ilmu-ilmu yang serumpun. Bekerja sama secara kolaboratif dalam satu rumpun ilmu dan berintegritas diri ( baca: disiplin diri) dalam berinovasi untuk mencari dan terus mencari sejatinya disiplin ilmunya.

4. Setiap ilmuwan politik, hendaknya setiap hari merasa terpanggil menjalankan Tri-Dharma Perguruan Tinggi, dengan tekun di bidang ilmu politik atau yang terkait langsung dengan ilmu politik yang masing-masingnya secara spesifik sampai tibalah waktunya untuk menunjukkan ”barangnya” (hasil penelitiannya) kepada publik atau komunitas yang lebih spesifik yakni kampus. Tahap demi tahap mendalami ilmu hasil temuannya dan diakui pada setiap jenjang akademik sebagai jalan menuju kesepurnaan ilmu pengetahuan pada sebuah profesi sampai pada puncaknya yakni Guru Besar.

5. Setiap ilmuwan politik, harus cerdas mengolah waktu dalam upaya meningkatkan kualitas akademiknya dengan membaca, merenung dan menulis pada setiap kesempatan. Semestinya ketiga nilai ini dilihat sebagai panggilan (calling) secara holistik dalam mendalami pengembangan ilmu pengetahuan.

6. Seorang ilmuwan politik, seharusnya percaya kepada Dia yang memanggil setiap orang secara khusus untuk tugas pendidikan. Jangan pernah terlena dalam setiap jalan hidup. Menyatukan hati dan pikiran terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang penuh persaudaraan (baca, corectio fraterna).

Jadilah duta ilmuwan politik dan tetaplah berdaulat secara unik (baca, mandatory ) dalam membaca, merenung dan terus menulis tentang ilmu politik.
…..✍✍✍

Penulis adalah  Dosen Ilmu Politik Universitas Pelita Harapan Jakarta

Komentar ANDA?