BAHASA DAN ETIKA: SEBUAH ANALISIS

0
1451

Oleh: Dra. Christina Purwanti, M.Pd

 

BAHASA adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan berbagai hal-ikwal dalam seluruh dimensi kehidupan manusia. Bahasa mampu membongkar seluruh isi pikiran manusia yang tersembunyi. Bahasa juga mampu membuka isi hati seseorang dalam berkomunikasi dalam setiap level lehidupan manusia. Bahasa pula mampu menyampaikan beraneka pesan dalam perilaku hidup seorang manusia dalam menghadapi fakta sosial di dalam sebuah komunitas komunal.

Secara luwes dan gamblang tentang bahasa dalam hal ini, dapat digambarkan bahwa bahasa selalu menjadi alat yang paling ampuh dan handal dalam mengekspresikan setiap konsep yang ada di dalam pikiran manusia, dan bisa secara rileks menyampaikan isi hati yang tersirat atau pun tersurat dari seorang pembicara. Bahasa pula mampu membuat siapa pun menjadi gembira hati dan menjadi begitu dekat satu terhadap yang lain dalam sebuah komunikasi; Bahasa juga bisa membuat setiap hati tertunduk dan teraniaya serta tidak berdaya dalam sebuah komunikasi yang berlangsung secara baik dan benar.

Semua yang dilukiskan di atas adalah hal yang bersentuhan langsung dengan apa yang disebut dengan etika berbahasa.

Bahasa yang beretika adalah bahasa yang selalu punya nilai dan daya pengaruh yang sangat tinggi dan sangat positip dalam hal nilai rasa bahasa itu sendiri.

Untuk membangun nilai rasa bahasa yang baik dan benar dalam artian sesuai dengan situasi dan kondisi yang melekat dalam pikiran pendengar atau lawan bicara, seharusnya bahasa tersebut semestinya sesuai dengan intensi dan maksud hati dan pikiran pendengar, pada saat pendengar dalam keadaan siap atau tidak siap untuk menanggapinya.

Nilai rasa bahasa yang disampaikan bisa secara langsung terendap secara spontan ketika pendengar merasakan dan memaknai nilai rasa bahasa di dalam setiap ungkapan kata, kalimat atau diksi- diksi dalam sebuah pembicaraan. Pendengar sepertinya terhentak secara mengesankan karena sontak bisa sejalan dengan apa yang tengah dirasakan dalam relung hatinya tentang makna bahasa lewat kata dan kalimat yang diungkapkan.

Bahasa memang indah tapi juga etis karena menyentuh kalbu setiap orang yang mendengar karena ketika mendengar, segala aktivitas pendengar yang bersifat konitif, afektif, psikomotorik dalam dimensi kehidupan dari pendengar ber-ativitas secara spontan dan mengagumkan. Inilah nilai rasa bahasa yang bagi penulis disebut sebagai meta bahasa.

Bahasa juga bisa memiliki daya cipta secara eksternal yang bisa membuat orang untuk bertindak atau beraktivitas sesuai dengan setiap makna yang terkandung di dalam bahasa.

Manusia, siapa pun bisa bertindak karena digerakkan oleh bahasa. Bahasa memiliki daya pengaruh yang tinggi dalam berkomunikasi. Daya pengaruh yang tinggi dan tentu berdampak baik bagi para pendengarnya karena bahasa yang digunakan selalu bermakna adanya rasa saling menghargai, saling menghormati, dan terus menjunjung tinggi nilai etis dalam berbahasa.

Bahasa yang mengandung nilai etis sebenarnya, bahasa itu memiliki makna: Bahasa yang ber-etika.

Bahasa dan etika ‘bisa menjadi’ dan ‘bisa sejalan’.

Bisa ‘menjadi’ karena etika yang baik dari seseorang semestinya terbaca lewat penggunaan bahasa pada tingkatan yang baik dan menarik, mulai dari penggunaan kata, bagaimana membangun sebuah kalimat, seluruh kalimat tersebut bisa membentuk sebuah teks yang akan diharapkan sesuai dengan konteks pendengarnya.

Bisa ‘sejalan’, karena lewat bahasa, seseorang bisa mengambil atau memetik makna bahasa itu menjadi acuan penilaian tindakan apa yang mau dijalani atau ditempu dalam menghadapi setiap fakta sosial.

Bahasa dan etika dapat berjalan beriringan; bahasa dan etika pun dapat terus berjalan dengan baik dan benar kalau pengguna bahasa dan pendengarnya, sama-sama memiliki etika yang sejalan dengan kata, kalimat, dan juga sesuai dengan kondisi dan fakta sosial yang juga sejalan.

Bahasa dan etika adalah sesuatu yang seharusnya ada dalam dimensi kehidupan di setiap komunitas bahasa. Semoga bermanfaat.

****

*) Penulis adalah  Dosen Bahasa Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Jakarta

Komentar ANDA?