Bupati Flotim Harapkan Seluruh Desa Bisa Secepatnya Berlistrik

0
554
Foto: Bupati Flores Timur, Antonius Gege Hadjon, berfoto bersama General Manager PLN Wilayah NTT, Christyono, dan jajaran PLN Area Flores Bagian Timur

NTTsatu.com – KUPANG – Bupati Flores Timur, Antonius Gege Hadjon, mengharapkan Kabupaten Flores Timur menjadi kabupaten kedua di NTT, setelah Kota Kupang, yang mencatat rasio desa/kelurahan berlistrik  yang sudah seratus persen.

Harapan Bupati Hadjon itu disampaikan saat menerima kunjungan perkenalan General Manager (GM) PLN Wilayah NTT,  Christyono yang melakukan perkunjungan ke Larantuka, Flores Timur, Jumat, 15 September 2017 lalu.

Humas PT PLN Wilayah NTT melalui rilisya yang diterima redaksi nttsatu.com Rabu, 20 September 2017 menjelaskan, dalam perkunjungan itu, GM Christyono didampingi Manajer PLN Area Flores Bagian Timur (FBT), Arief Rohmatin, beserta seluruh asisten manajer PLN Area FBT, dan Manajer PLN Rayon Larantuka. FX Rodja, serta staf Humas PLN Wilayah NTT.

Hadjon yang baru dilantik menjadi Bupati Flores Timur pada 22 Mei 2017, berpasangan dengan Wakil Bupati, Agustinus Payong Boli, mengungkapkan kepada GM Christyono, bahwa Kabupaten Flores Timur adalah kabupaten yang memiliki rasio desa berlistrik tertinggi setelah Kota Kupang yang telah mendahului  seratus persen.

 

“Mudah-mudahan, dalam tahun 2017 ini, tinggal beberapa desa lagi yang belum berlistrik di Flores Timur sudah masuk dalam Program NTT 100 Desa Berlistrik untuk tahun 2017. Sehingga kami bangga menyebut seluruh desa di Kabupaten Flores Timur  sudah seratus persen berlistrik, setelah Kota Kupang,” ungkap Bupati Hadjon setengah memohon kepada GM Christyono.

Untuk mencapai harapan itu, lanjut Hadjon, Pemerintah Daerah Flores Timur, terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan PLN Area Flores Bagian Timur dan PLN Rayon Larantuka, untuk mendukung dan membantu pekerjaan di lapangan, serta bersama mencari solusi bila terdapat kendala.

“Jika ada kendala yang menjadi tanggung jawab Pemda, ya kami secepatnya melakukan koordinasi dengan PLN agar pekerjaannya tidak terhalang. Sebab masyarakat kami, meski sangat merindukan listrik, kadang bersikap kurang mendukung, sehingga membutuhkan pencerahan dan sosialisasi entah oleh Pemda atau pihak PLN,” ujar Hadjon.

Menanggapi harapan Bupati Hadjon, GM Christyono, menyambut gembira atas perhatian dan dukungan dari Bupati dan Pemerintah Daerah Flores Timur, dalam mendukung dan membantu percepatan pelaksanaan program NTT 100 Persen Desa berlistrik.

“Tentu saja, PLN tidak bisa bekerja sendiri. PLN sangat membutuhkan kerja sama, dukungan dan bantuan dari Pemda dan semua stakeholder, diantaranya para tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat sendiri,” ujar Christyono, yang belum sebulan menjadi GM PLN Wilayah NTT, menggantikan Richard Safkaur, yang telah mutasi menjadi GM PLN Wilayah Kalimantan Barat.

Christyono menjelaskan, PLN Wilayah NTT telah bersama-sama dengan semua pemerintah kabupaten se NTT menandatangani dokumen komitmen, untuk saling mendukung suksesnya program NTT 100 Persen berlistrik. Kontribusi Pemda antara lain, membantu menyediakan akses berupa infrastruktur jalan yang memungkinkan pendropingan material ke lokasi desa belum berlistrik.

Secara terpisah Manajer Unit Pelaksana Konstruksi (UPK) Listrik Perdesaan, Joko Martono, di ruang kerjanya, Selasa (19/9) menjelaskan, Kabupaten Flores Timur memiliki 250 desa, di antaranya masih terdapat 26 desa yang belum berlistrik. Rasio desa berlistrik Kabupaten Flores Timur untuk tahun 2016 sebesar  89,60%.

Dalam program NTT 100 desa berlistrik, kata Joko Martono, dalam tahun 2017, Kabupaten Flores Timur mendapat jatah 21 desa yang masuk dalam proyek tahun 2017. Jika semua pekerjaan berjalan lancar hingga listrik menyala di 21 desa tersebut diakhir tahun 2017, maka rasio desa berlistrik Flores Timur akan naik menjadi 98 Persen.

“Sisa dua persen adalah masih ada lima desa yang belum berlistrik yang akan dikerjakan pada tahun 2018. Dengan demikian Flores Timur diharapkan sudah seluruh desa berlistrik atau seratus persen pada tahun 2018,” jelas Martono.

“Ada dua singkatan RE yang sama, tapi yang saya maksudkan disini adalah rural electrification atau rasio desa berlistrik, bukan rasio elektrifikasi. Singkatannya sama-sama RE, tetapi maksudnya berbeda,” tambah Martono mengingatkan. (*)

Komentar ANDA?