Butuh Kerja Keras Mengurangi Ketergantungan

0
327
Foto: Suasana rapat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT di Ruang Rapat Gubernur, Kamis (6/4).

NTTsatu.com – KUPANG – Masih tingginya ketergantungan pasokan beras dari provinsi lain maka Gubernur NTT, Frans Lebu Raya  mengingatkan semua pihak harus bekerja keras mengatasi masalah ini.

Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya menyatakan hal itu saat menyampaikan arahan pada pertemuan High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT di Ruang Rapat Gubernur, Kamis (6/4).

Dikatakannya, dengan ketersediaan beras di pasaran NTT yang dipasok dari Sulawesi Selatan sebesar 62,3 % dan Jawa Timur sekitar 23,8 %, Lebu Raya meminta perhatian serius Dinas Pertanian NTT untuk mengambil langkah-langkah teknis yang diperlukan.

“Perluasan areal tanam padi hendaknya diikuti dengan upaya intensifikasi atau peningkatan produktivitas per hektarnya. Upaya mekanisasi akan terus digalakan oleh Pemerintah Provinsi NTT dengan memberikan bantuan traktor dan alat-alat pertanian kepada petani setiap tahunnya. Kita harus tetap optimis, dukungan Pemerintah Pusat dengan membangun tujuh bendungan di NTT akan dapat menigkatkan hasil pertanian. Masyarakat juga perlu dimotivasi agar memanfaatkan lahan atau pekarangan rumah untuk menanam lombok,sayur-sayuran dan tanaman holtikultura lainnya,” katanya.

Lebih lanjut Gubernur dua periode itu menghimbau Dinas Perhubungan NTT agar melakukan upaya-upaya konkret dalam memperpendek jangkauan distribusi bahan-bahan kebutuhan dasar tersebut dengan mengoptimalkan fungsi pelabuhan-pelabuhan barang pada kabupaten-kabupaten di NTT.
“Upaya memotong jalur distribusi ini diharapkan dapat membuat harga barang-barang tidak melambung tinggi. Kepada Dinas Peternakan NTT dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu NTT, agar proaktif mencari investor di bidang industri pengembangbiakan (breeding) ayam pedaging di Pulau Flores dan Sumba,” pungkas Lebu Raya.

Sementara itu,Kepala Perwakilan Bank Indonesian di NTT, Naek Tigor Sinaga dalam paparannya mengungkapkan, tingkat inflasi di NTT pada Tahun 2016 adalah 2,48 %.

“Angka ini merupakan tingkat inflasi terendah dalam kurun waktu 15 tahun terakhir sejak tahun 2001. Inflasi NTT ini juga berada di bawah rata-rata inflasi nasional yang sebesar 3,02 %. Penyumbang inflasi tertinggi adalah tarif angkutan udara dan komoditas pertanian seperti sayur-sayuran,daging dan beras. Pada Tahun 2017, angka inflasi NTT diprediksi pada kisaran 4,1 % hingga 5,1 %. Seturut pengamatan kami selama beberapa tahun, tingkat inflasi tertinggi biasanya terjadi pada triwulan keempat khususnya bulan Desember. Hal ini terutama terkait erat dengan perayaan natal dan tahun baru,” ungkap Naek Tigor.

Kepala Bulog NTT, Sugeng Rahayu memaparkan persediaan beras di NTT untuk empat bulan ke depan masih aman.

“Ada sekitar 450-an ribu lebih ton beras yang tersedia pada gudang-gudang bulog di seluruh NTT. Bulog juga telah diizinkan untuk membeli beras petani di atas harga rata-rata yang ditetapkan Pemerintah  sebesar Rp.7.200 per kg, disesuaikan dengan kualitas berasnya. Kita juga terus mendorong petani untuk memasok beras premium ke pasaran. Nama dan kemasannya akan difasilitasi oleh Bulog. Bulog sudah memiliki merek beras premium sendiri yang dinamakan Beras Bulog Kita,” urai Sugeng. (humas setda ntt)

Komentar ANDA?