Gubernur Tantang Vikaris Jadi Pribadi Militan

0
399

NTT satu.com – KUPANG – Orang-orang militan itu tidak pernah cemburu, tidak hanya melayani kelompoknya saja. Mereka melayani manusia dan alam. Karena itu, Bapak Ibu vikaris yang dipersiapkan di sini tidak boleh hanya melayani agamanya saja.

Demikian kata Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat saat menutup kegiatan Pengembangan Swadaya Masyarakat Vikaris GMIT angkatan ke tiga di Pusat Pelatihan Misi Terpadu (PPMT) SoE hari ini, Kamis (25/7).

“Untuk konkritnya, dua hari dari sekarang kirim proposal usaha kepada saya. Saya ingin lihat orang kaya yang cinta alam dan sesama, menjadi orang kaya yang bisa berbagi,” kata Bungtilu menantang 96 vikaris peserta yang berasal dari 45 klasis GMIT di NTT itu.

Gubernur Laiskodat menyentil kata Militan yang juga merupakan semboyan PPMT. Semboyan Militan tersebut merupakan akroim dari kata Melayani, melatih dan mensejahterakan. Lebih lanjut ia menyebutkan kalau nilai-nilai militansi itu ada pada orang yang pikirannya benar, hatinya benar dan punya keberanian.

“I never stop when tired. I only stop when I am done,”. tu baru militan. Orang militan itu mampu berpikir di luar kotak, optimis, kerja mati-matian, peduli luar biasa, berani ambil resiko, nyawapun diberikannya untuk kepentingan publik,” sebut Laiskodat bersemangat dalam pelatihan yang sudah dimulai sejak tanggal 1 Juli 2019 lalu.

Secara khusus, Gubernur memuji karya pelayanan Sinode Gereja Kristus Yesus (GKY) sebagai pioner. GKY dinilainya mampu mendorong Sinode Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) untuk juga memberi karya pelayanan yang lebih nyata. Politisi NasDem itu bahkan meminta GKY untuk turut membantu masyarakat di Kabupaten Sabu Raijua dan Alor.

Bungtilu meyakini kalau pemerintah dan gereja bekerja serius maka semuanya mungkin. Berkali-kali Putra Semau itu menyebut bangganya menjadi orang NTT, Provinsi yang disebutnya sangat kaya. Ia berharap dapat terus dilatih tenaga-tenaga terampil seperti yang sudah ada, dengan jumlah yang lebih banyak lagi setiap tahunnya.

Mewakil sinode masing-masing, dua orang perwakilan ikut diberikan kesempatan memberikan sambutan pada awal acara. Merek adalah Pendeta Johari Yohanis,M.Th dari sinode GKY Jakarta dan Penatua GMIT Liven Rafael.

Pendeta Johari Yohanis,M.Th menyebutkan tantangan gereja yang semakin kompleks, untuk menjalankan dua mandat ilahi. Dua mandat yang dimaksudnya adalah mandat spiritual dan sosio kultural.

“Mandat spiritual, mengajak kita untuk mampu mengenal dan dekat dengan Tuhan. Sedangkan Mandat kultural, menuntut kita untuk bertanggung jawab mengelola semua sumberdaya alam di sekitar,” sebutnya seraya mengajak gereja untuk tidak terjebak pada urusan spiritual saja, gereja juga harus nyata membantu setiap persoalan sosial masyarakat.

Putra Dayak Kalimantan Timur itu juga menyebut alasan mereka membekali para calon pendeta itu. Menurutnya, mereka memiliki kompetensi dan authority untuk menggerakan umat sebagai warga bangsa. Mereka diyakini memiliki pengaruh yang lebih besar untuk mempercepat upaya menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat.

Sementara itu, Liven Rafael menyebutkan pentingnya Kemitraan. Dengan bekal berbagai ilmu dan ketrampilan yang didapat selama 25 hari itu, para vikaris diharapkan mampu membangun kerjasama dengan semua lembaga sosial, terutama dengan pemerintah. Menurutnya, kalau jemaat sejahtera, masyarakat juga pasti sejahtera. (hms ntt)

Komentar ANDA?