GURU DAN RADIO (Releksi Purna Tugas)

0
917

Oleh: Konradus Mado Lajar

Tanggal 18 Juli 1982 untuk pertama kalinya aku berdiri di depan kelas. Suatu hal baru yang kualami dalam hidup, menjadi guru di SMP Swasta Tanjung Kelapa Lerek yang berada di bawah ‘Hobal’ Yayasan Pendidikan Swasta dengan nahkoda bapak Pius Kedang Tolok.

Saya mengawali kerjaku sebagai guru honorer. Sejak saat itu saya mulai merasa akrab dipanggi ‘gur Kon’. Saya mulai berkarya dengan teman seperjuanganku: Blasius Roma, Gabriel Pito Tukan,
Agustinus Dewa Kolin, Paulina Barek Lajar, Marsel Lidun Tolok, Yustina Woli Lejab, Patrisius Patal Wutun, Petrus Kopo Koban, Wilhelmus Wai Lojor, dan lainnya

Berbekal ijasah SMA saja. Ya, waktu itu ijazah SMA dianggap pantas. Saya pun merasa diri pantas untuk menjadi guru. Kebetulan saat itu dibutuhkan guru Matematika dan saya sendiri lulusan IPA.

Saya memulainya dengan sukacita. Ada kerikil-kerikil tajam di sana sini. Ada suka dan duka mengiringi langkahku. Bagiku ini adalah tantangan yang harus bisa dilewati Kalau soal gaji……. 14.000 rupiah sebulan itu sudah cukup bagi seorang guru ‘pemula’ yang mengabdi di desa dan ini adalah bagian tak terpisahkanyang membuatku semakin mengenal profesiku.

Yang terpikir, gaji ‘segitu’ cukup. Semua yang saya dapatkan (meski sedikit) akan saya tabung. Untuk makan dan minum karena hidup di kampung sendiri saya bisa tangani. Tidak banyak yang harus dibeli. Saya bisa mencukupkan diri dengan apa yang ada. Dan itu saya wujudkan. Setelah setahun mengajar saya bisa membeli sebuah radio Philips dengan harga 3x dari gaji saya. Saya begitu menikmati karena melalui radio saya bisa dapat informasi termasuk pelajaran yang sering disiarkan.

Kuliah

Seperti yang saya sharingkan, gaji yang sedikit saya tabung juga karena punya rencana untuk kuliah dan harus ke Kupang. Karena itu setelah merasa bisa, saya pun pamit. Tiga tahun bekerja di SMP Tanjung Kelapa saya rasa cukup. Kni saya ke Kupang.

Saya merasa pas karena dari karyaku, banyak lulusan telah menjadi ‘orang’. Kini ada pastor, suster, bruder maupun ‘orang hebat’ lainnya yang menjadi hasil ‘karyaku’ selama di SMP Tanjung Kelapa Lerek. Karena itu bulan Juli 1985 saya mulai menimba ilmu di Unika Widya Mandira Kupang menjadi tempat ku menimba ilmu

Kerasnya kehidupan kota karang Kupang bulan-bulan pertama tidak menyurutkan langkahku menapaki cita-citaku menjadi seorang guru matematika, Meskipun harus ‘istirahat’ semester dua karena terkendala biaya aku bertekat untuk tetap melangkah. Bersyukur saya mendapat beasiswa dari provincial SVD Ruteng sejak semester 3. Akhirnya menghantarku ‘merebut’ impianku di Unika Widya Mandira Kupang tepatnya 26 Mei 1990. Inilah hari yang kunanti hari dimana aku ‘resmi’ dinyatakan boleh berdiri di depan kelas sebagai seorang guru.

Hanya sebulan ‘libur’. Bulan Juli 1990 menjadi awal karierku setelah resmi menjadi guru
STM Bina Karya Larantuka menjadi tempatku yang pertama dalam mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Limatahun (1990-1995) yang menyenangkan bersama STM Bina karya Larantuka
dibawah Kepala Sekolah Br. Damianus Wathun, SVD.

Pengalaman yang tentu sangat berbeda dari karyaku sebelumnya. Kini saya mengajar di kota dan anak-anak STM. Mereka memiliki karakter yang keras. Tetapi hari-hari kulewati dengan baik, bisa menjadi guru, teman, kakak mereka. Tidak kusangka di sini saya mengabdi lima tahun (1990-1995).

Larantuka kota Reinha, juga memiliki arti khusus. Tanggal 26 Mei 1993 oleh P. Paulus Due, SVD
aku memulai hidup baru bersama pasanganku dan akhirnya aku pun resmi menjadi ‘bapak’ keluarga 27 Pebruaari 1994.

Kota Reinha Larantuka juga menjadi awal aku mengenal ‘PeeNeS’ dan terpaksa harus meninggalkan STM Bina Karya Larantuka setelah merajut kebersamaan selama 5 tahun. Kerjaku sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, kuawali dari Kodi Sumba Barat Juli 1995, Di sinilah semua harus dimulai dari nol Rumah…., kehidupan ‘merasul’….., belajar budaya… harus di mulai dari awaltetapi kuawali dengan senang hati karena aku memang senang tantangan.

SMP Negeri 2 Kodi Sumba Barat menjadi ‘cerita singkat’ pertama karena hanya dua tahun aku mengabdi di sana namun di Wallandimu-Kodi Bangedo pulalah putri keduaku lahir: Yohana Kewa Lajar nama putriku yang lahir bertepatan dengan hari peresmian gereja St. Yohanes Rasul oleh yang mulia Mgr. Kherubim Parera, SVD gereja hasil ‘merasul’ bersama guru Benediktus Wolor teman baikku dari Hokeng.

Cerita singkat di SMP Negeri 2 Kodi Sumba Barat akhirnya tamat di Mei 1997 saya harus pulang ke Lembata….. setelah menerima SK 100%, Dan kuawali cerita singkat kedua bersama SMP Sto. Pius X Lewoleba yang hanya berumur tiga bulan. Meskipun hanya seumur jagung namun kunikmati dengan senang hati.

24 tahun di sini

‘Rumahku’ berikutnya adalah SMP Negeri Lewoleba yang sekarang dikenal dengan ‘Spensa’ Nubatukan, Perjalanan panjang di SMP Negeri Lewoleba dimulai dari 14 Agustus 1997 kuawali pula mulai dari Laurensius Otty Fernandez Kepala SMP Negeri Lewoleba saat itu.

Semangat dan terus semangat dalam berkarya bekerja denga penuh tanggungjawab dan disiplin
itu sudah menjadi ‘lagu wajib’ yang terus melekat erat dan tidak akan pernah hilang dalam keseharianku.

Tongkat estafet kepemimpinan pun berganti dimulai dengan Kaharudin Bakir, S.Pd, Muhamad Nurdin, S.Pdm Dra. Maria Yustina Luku…… dan akhirnya Melkior Muda Making, S.Pd. Lima orang pimpinan dengan tipe kepemimpinannya masing-masing kulewati dengan semangat dan kerja keras.

Di era bapak Melkior Muda Making inilah akhirnya sebuah musibah datang, Aku dan pendamping hidup mengalami kecelakaan lalu lintas. Tepatnya 8 Maret 2020. Sehari kemudian saya harus diterbangkan ke Kupang untuk menjalani operasi di RS Siloam.

Tiga bulan pula harus bertahan di Kupang karena Covid-19 mulai melanda. Tapi akhirnya 19 Mei 2020 bisa tiba kembali di Lewoleba, Empat bulan aku harus ‘bebas’ dari rutinitas di kelas dan sekolah.

Awal juli 2020 aku mulai beraktivitas di sekolah meskipun masih terbatas 4 bulan diantar jemput tetapi aku harus menjalani tugasku sebagai guru. Meski bekerja dengan ‘tongkat’ namun hari-hari kujalani dengan penuh semangat karena guru adalah panggilan hidupku, apapun yang terjadi aku harus menjalankan tugas mulia ini.

Awal kehadiranku kembali di sekolah ternyata ada ‘tantangan’ kecil karena ada yang mengusulkan untuk pensiun dini, Saya hanya tersenyum …… sebagai jawaban dari usul itu aku sudah punya prinsip bahwa profesi guru akan kujalani sampai akhir. Ya… sampai aku pensiun sebagai guru. Dan itu terjadi. Saya berada di temapt ini selama 24 tahun, diselingi 10 bulan (16 maret 2021 – 17 Desnber 2021) sebagai guru di SMP Negeri Tujuh Maret.

Tetang SMPN Negeri 7 Maret memang memiliki kenangan yang sangat indah. Meski sekolah ‘kecil’ tapi selalu menyenangkan dinaungi pohon yang rindang nan hijau berada di bibir pantai dengan pemandangan yang indah berhiaskan birunya air laut dengan latar belakang gunung Ile Ape yang sekali-sekali “mengamuk” membuat jantung berdebar. Lahan di depannya membentang luas memberi hasil apa saja bagi segenap warga sekolah.

Di sini, hari ini, 8 Desember 2022, saya mengakhiri masa kembaraku sebagai guru selama 24 tahun, sekaligus lenengkapi total pengabdianku sebagai guru selama 36 tahun. 28 tahun jadi PNS dan 8 tahun jadi jadi guru swasta di sekolah swasta.

Lalu dari rangkaian pengalaman itu apa yang sebenarnya paling penting bagi seorang guru? Tanpa tendensi mau menasihati, saya hanya mau katakan ini: Seseorang harus terus terinformasi (keep informed). Hal itu karena kita harus memberikan sesuatu kepada siswa. Dengan demikian seorang guru perlu terus memantaskan diri dengan informasi yang sesuai.

Saya rasakan itu sejak awal saya jadi guru di SMP Tanjung Kelapa. Gaji awalku digunakan untuk beli radio. Dengan radio itu saya bisa memperoleh informasi tambahan yang membuatkan bisa bagikan kepada anak-anak. Dengan berjalannya waktu saya akhirnya harus akrab dengan internet, media sosial, e-book, selain TV. Jadi tidak ada alasan bagi seorang guru untuk tidak terinformasi.

Menjadi guru zaman now tentu lebih berat karena anak-anak bahkan lebih tahu informasi. Mereka ‘gaul’ dan tahu banyak yang dulu hanya diketahui guru. Karena itu guru tidak boleh kalah dalam informasi dan terus memantaskan diri dengan informasi yang seharusnya.

Itu saja pesanku tepat di hari ini: 8 Desember 2022 aku harus melepas semuanya melepas keki….. melepas korpri…. melepas PGRI…. melepas status ASN…. dan …. besok aku PASTI akan mengenakan status baru ..….. MANTAN GURU

======

Konradus Mado Lajar. Guru (1982-2022). Pesiun 8 Desember 2022.

Komentar ANDA?