Mereka datang melihat di mana Yesus tinggal dan mereka tinggal bersama DIA hari itu

0
517

Oleh:  Rm. Ambros Ladjar, Pr

*Hari Minggu Biasa II, 14 Januari 2024*. Bacaan. 1Sam 3: 3b-10,19 & 1Kor 6: 13-15a, 17-20 dan Injil  Yoh 1: 35-42.

Cukup menarik jikalau kita perhatikan setiap momentum debat Pilpres sekarang ini. Masing-masing pasangan calon saling menyerang karena mereka menempatkan diri sebagai saingan, rival satu terhadap yang lain. Akibatnya juga mereka saling membabat habis-habisan tanpa peduli etika publik yang seharusnya dipegang. Suasana saling menghargai tak ada lagi maka relasi persaudaraan mudah berubah jadi ajang permusuhan. Tak heran bila menyisahkan dendam kesumat dan rasa sakit hati yang bertahun-tahun.

Kenyataan demikian sejatinya menunjukan orang gagal mengukur kematangan diri. Berbeda dengan kisah injil yang kita dengar hari ini. Yohanes tak pernah melihat Yesus sebagai saingannya di area publik. Sebab dia tak mengurangi popularitas diri Yesus redup, malahan dia melihat penampilan Yesus sebagai Sang Juru selamat seturut ramalan para nabi jauh sebelumnya. Olehnya dia tampilkan dialog yang humanis antara Yesus dan para murid perdana. Yesus pun bukan dia diperkenalkan sebagai Guru berprestasi, Pemimpin yang sukses tapi sebagai Anak Domba Allah. Sebuah gelar yang amat erat berkaitan dengan Korban persembahan bangsa Israel kepada Yahwe Allah mereka.

Ada beberapa point penting dalam pesan dialog buat kita. *Pertama*, menjadi pengikut Yesus tidak serta merta menjadi pemimpin hebat yang sukses. Kita baru mulai belajar menjadi pribadi yang tahu berkorban. Jika salah konsep maka cuma akan membuat kita stress. *Kedua*, menjadi murid berarti orang harus rela menderita. Juga siap untuk ditolak, siap sakit hati bahkan dibantai, karena membela yang benar dan pertahankan yang baik. *Ketiga*, berlaku menjadi Guru yang baik dalam inter-aksi dengan sesama. Polanya berproses seperti para murid pertama mengenal pribadi Yesus.

Setelah mendengar informasi Yohanes, merek melihat fakta dan. Dengan serta merta mereka saling mengajak sama sama untuk menelusuri tempat Yesus dimana Yesus tinggal. Andreas membawa Simon saudaranya dan Yesus menamai dia *Kefas* artinya Petrus atau Batu Karang. Selanjutnya menyusul Filipus dan Natanael. Dengan penuh kepolosan, dia bertanya: apakah mungkin sesuatu ybk datang dari Nazaret? Kata Filipus: mari dan lihatlah! Melihat Natanael dari jauh Yesus katakan: lihat dia itu seorang Israel sejati tanpa kepalsuan dirinya. Sejak itu mereka tinggal bersama dengan Yesus.

Kita hidup di zaman yang kental dengan persaingan membuat rasa kekeluargaan yang kompak dan bersaudara hancur. Kita mengekor para calon yang berhamburan sekarang. Tak hitung orang sesama keluarga juga tak hitung basis pemilih maka jangan sampai kelak mereka berkelahi karena sama sama gagal. Sekiranya tak mengakui kelebihan serta keunggulan para lawan maka bukti orang gagal paham. Peluang besar dibaca lawan yang tak dihitung bakal lolos karena figur besar sedang menjegal & melibas. Bukti kita masih bermental primitif karena menghambat lajunya orang lain menggapai masa depan. Marilah kita belajar berlaku rendah hati seperti Yohanes Pembaptis. Ia tak galau ketika Yesus muncul & dikagumi banyak orang. Dia sukses mebuat regenerasi dan jalan masuk untuk kedatangan Sang Juru Selamat. Apakah kita cendrung menampilkan profil diri kita atau Tuhan?

*Salam Seroja, Sehat Rohani dan Jasmani* di Hari Minggu buat semuanya. Jikalau ADA, Bersyukurlah. Jika TIDAK ADA, BerDOALAH. Jikalau BELUM ada, BerUSAHALAH. Jikalau masih KURANG Ber- SABARLAH. Jika LEBIH maka BerBAGI LAH. Jika CUKUP, berSUKACITALAH. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga anda dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin🙏🙏🙏🌹🌹✝️🪷🪷🤝🤝🎁🛍️💰🍇🍇🇮🇩🇮🇩

Pastor Paroki Katedral Kupang 

Komentar ANDA?