Rutan Ruteng Disulap Bak Biara Bagi Napi

0
471
Foto: Kepala Rutan Ruteng, Anton H.J Gili

BANYAK cerita Rumah Tahanan (Rutan) sebagai tempat yang menakutkan bagi para narapidana (Napi) . Namun Rutan di Ruteng yang dikomandani Anton H.J Gili sebagai Kepala Ruten berusaha menjadikannya sebagai tempat pendalaman iman.

Pagi nan Cerah para Napi disibukan dengan persiapan menyambut hari Lembaga Pemasyarakatan ke – 53, di depan Rutan terlihat taman begitu indah yang tidak kalah bersaing dengan komunitas biara yang ada disamping kiri dan kanan yakni biara Seminari Tinggi Monfortkhan (SMM) dan Susteran Gembala baik.

Di depan pintu Rutan,  Anton H.J Gili kepala Rutan dengan ramah secara bersama – sama memasang spanduk menyamput HUT LP serta pernak- pernik  lainya.

“Pak wartawan salam damai paskah ” sapa Anton sambil berjabatan tangan dikuti beberapa stafnya dan napi ketika para wartawan mendatangi Rutan itu beberapa waktu lalu.

Dalam obrolan kami sekitar 10 menit di depan pintu masuk, Anton masih teringat dengan suasana perayaan paskah di Rutan , teritama tri hari suci (Kamis putih, Jumat Agung , Sabtu Suci) semua Napi partisipasi dalam dengan sangat aktif dalam perayaan-perayaan tersebut.

“Waktu jalan salib hidup kami buat secara tradisi Manggarai. Dan sangat mengharukan,” ujarnya.

Ada Anak Wina (keluarga dari kaum lelaki) dan anak Rona ( keluarga dari kaum perempuan) dengan tradisi Lorang yakni tangisan wanita ketika ada orang meninggal di Manggarai dilakukan juga dalam jalan salib hidup dengan ratapan tangisan kematian Yesus.

“Semua anggota napi terlibat dalam jalan salib hidup nan tradisional tersebut,” kata Anton.

Obrolan dilanjutkan di dalam lingkungan Rutan, Anton mengajak kami masuk ke dalam lingkungan rutan untuk melanjutkan ngobrol di dalam ruang kerjanya.
Pegawai Rutan ketika mengetahui pimpinan masuk pintu utama rutan langsung dibuka disusul jabatan tangan hari Raya Paskah dengan staf LP dan para Napi.

Ada taman indah  di dalam lingkungan Rutan yang memuculkan kesejukan dan keindahan serta menjadi taman dan tempat berteduhnya ratusan napi dari Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur.

Dengan kerindangan tersebut menambah rasa para napi betah di tempat mereka mendapatkan hukuman karena melanggar aturan negara.

Kami dipersilahkan duduk di dalam ruang kerja pimpinan Rutan itu. Anton kembali meanjutkan ceritanya. Dia menceritakan kisah hari Paskah yang sangat sakral dirayakan di Rutan.

“Uskup Ruteng Hubertus Leteng sangat kagum dengan napi di tempat ini,” urai Anton.

Begitu banyak kegiatan rohani yang dilakukan para napi ketika napi yang berada di Labe, Kelurahan Carep, Kecamatan Langke Rembong dipimpin Anton.

“Karena posisi Rutan berada diantara dua biara, saya tidak mau kalah saing dengan biara itu, walaupun tidak sesempiurna kehudupan orang biara,” urai Anton.

Kegiatan rohani selalu dilakukan dengan melibatkan pastor dan suster untuk memberikan penyegaran iman kepada para Napi. Para biarawan dan biarawati itu selalu bersedia mendampingi napi pada rekoleksi, katekese dan kegiatan rohani lainnya.

“Setiap minggu dilakukan Perayaan Ekaristi Kudus di Rutan ini,” jelasnya.

Sementara kegiatan lain selain kegiatan rohani adalah menyambut Hut ke – 53 bebagai macam aneka lomba yang membuat napi bersenang-senang,  tertawa riang dengan sesama napi.

Salah satu kegiatan pendalaman imannya adalah
lomba baca kitab suci bagi beragama katolik dan baca alquran bagi napi beragama Islam.

Bukan hanya itu, ada padua suara yang memegang keyakinan bahwa bernyanyi untuk Tuhan sama nilainya dengan berdoa tujuh kali. Paduan suara para napi Rutan Ruteng sudah berdendang di beberapa wilayah Manggarai bahkan hingga ke Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) dalam perayaan ekaristi acara syukuran  pernikahan dan misa ekaristi lainya. (Hironimus Dale)

Komentar ANDA?