Soal Fasdik, Jangan Bandingkan NTT Dengan Jakarta

0
735

KUPANG. NTTsatu – Gubernur NTT, Frans Lebu Raya menegaskan, tentang fasilitas pendidikan (fasdik), jangan bandingkan kampung-kampung di daerah ini dengan Jakarta. Kalau di kota besar proses pendidikan sudah menggunakan infokus, banyak sekolah di kampung-kampung masing menggunakan kapur tulis.

Gubernur ketika menggelar jumpa pers dengan wartawan di Rumah Jabatan Gubernur NTT, Sabtu, 2 Mei 2015 lalu mengakui, hingga saat ini, sejumlah sekolah di Provinsi NTT, masih menggunakan papan tulis hitam dan kapur tulis dalam proses belajar mengajar (KMB). Padahal sekolah-sekolah lainnya di berbagai kota sudah menggunakan berbagai peralatan modern seperti infokus.

“Kita jangan bandingkan Kolbano dengan Jakarta. Di kota besar fasilitas sudah sangat tersedia, sementara sekolah-sekolah di kampung-kampung masih menggunakan fasilitas seadanya, Tetapi kita harus bangga karena proses belajar mengajar tetap dilakukan walaupun dengan fasilitas yang masih sangat minim,” kata Gubernur.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Sinun Petrus Manuk menjelaskan, penyebab utama masalah ini adalah belum adanya jaringan listrik yang menjangkau beberapa sekolah khususnya yang berada di pelosok pedesaan.

Sehingga, sangat sulit bagi pihaknya memberlakukan sistem KMB elektrik di seluruh sekolah di NTT karena berbagai masalah. Dari konstruksi bangunan sekolahnya saja, banyak sekolah yang masih mengunakan kursi dan meja belajar yang terbuat dari bambu.

“Kita harus realistis bahwa sangat sulit untuk menyeragamkan metode KMB dengan menggunakan infokus untuk semua sekolah yang berada di NTT. Tetapi untuk sekolah yang berada di ibu kota kabupaten, dipastikan bisa diterapkan metode itu. Memang sudah banyak sekolah yang beralih ke infokus tapi masih banyak pula yang menggunakan kapur tulis. Dan ini terutama di kampug-kampung. Sementara sekolah-sekolah di kota sudah menggunakan white board dan spidol,” katanya.

 

Belum Semua guru berpendidikan S1

 

Dalam jumpa pers itu juga, Gubernur mengakui, hingga saat ini masih cukup banyak guru di semua jenjang pendidikan di daerah ini belum berijazah sarjana. Karena itu pemerintah terus berupaya agar para guru di sekolah-sekolah harus berpendidikan minimal sarjana.

Berdasarkan data yang disampaikan Dinas P dan K Provinsi NTT, saat ini masih sebanyak 35.947 guru atau 36,81 persen dari 97.660 guru di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), belum berpendidikan sarjana, baik SI maupun S2. Dari jumlah yang ada itu, masih ada guru yang berpendidikan SMA sebanyak 20.699 orang, kemudian D1 sebanyak 1.338 orang, D2 sebanyak 8.963 orang dan D3 sebanyak 4.947 orang guru.

“Terkait kondisi tenaga guru di NTT seperti ini sudah kita laporkan  ke Menteri Pendidikan RI Anies Baswedan di Jakarta. Kita akan terus berupaya dari tahun ke tahun untuk mengarahkan para guru itu menempuh pendidikan lanjutan hingga jenjang strata 1,” katanya. (bop)

 

Komentar ANDA?