Misteri Pemilik Bungalow “Liar” Semakin Terkuak

0
682
Foto: Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka Kensius Didimus pose bersama seorang bule asal Prancis yang diduga sebagai pemilik saham PT Aly Naga Samudra yang punya usaha jasa wisata di TWAL Gunung Sari Kecamatan Alok (foto: dokumen pribadi investor)

NTTsatu.com – KUPANG – Persoalan pembangunan bungalow “liar” di kawasan konservasi Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Gunung Sari Kecamatan Alok sudah mulai ada titik terang. Meski demikian, yang hingga kini masih menjadi misteri yakni tentang siapa sebenarnya pemilik proyek ini.

Dalam sebuah penelusuran, media ini menduga keterlibatan seorang perempuan bule yang berada di balik bisnis raksasa ini. Beberapa bukti foto yang dimiliki media ini, seolah menceritakan bahwa perempuan asal Prancis ini punya hubungan yang kuat dengan PT Aly Naga Samudra.

Ada beberapa foto perempuan bule ini bersama Erika Lovita Duka, orang yang selalu bertindak mewakili PT Aly Naga Samudra sebagai pemohon rekomendasi dan izin dari berbagai instansi. Juga foto-foto lain menyangkut persiapan pembangunan bungalow.

Ada pula foto-foto perempuan bule ini bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka Kensius Didimus. Foto-foto tersebut dalam berbagai momen seperti di Sea World Club (SWC) dan juga di rumah Kensius Didimus. Belum bisa dipastikan kapan momen tersebut terjadi, hanya diperkirakan sekitar Juli 2017 lalu.

Kensius Didimus yang dikonfirmasi terkait ini, Senin (25/9), mengaku kenal dengan perempuan bule Prancis tersebut. Pernah suatu waktu, cerita Kensius Didimus, dia dan beberapa kepala dinas terkait dalam urusan pembangunan bungalow, duduk berdiskusi dengan perempuan bule ini di SWC.

Kensius Didimus menyebut beberapa nama yaitu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Yunida Pollo dan Kepala Bapelitbang Alvin Parera.

“Saya pernah ketemu dia, tapi saya kurang tahu dia punya keterlibatan, apakah sebagai Dirut atau bagaimana saya tidak terlalu tahu. Tapi dia ini ada keterkaitan dengan mereka, mungkin dalam hal invest, apakah modal dari dia, saya kurang begitu tahu. Mudah-mudahan bukan dia. Tapi kalau dia juga saya kira tidak apa-apa, karena dia adalah tim pemasok sesungguhnya buat kita, kita ambil positipnya. Secara aturan dia boleh memakai orang WNI,” jelas Kensius Didimus.

Kehadiran bule Prancis untuk diskusi bersama sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait pembangunan bungalow, kian menguatkan dugaan siapa sebenarnya pemilik saham pada PT Aly Naga Samudra.

Dugaan ini makin kuat ketika media ini mendapatkan sebuah catatan perempuan bule ini yang secara gamblang menulis tentang bisnis raksasa usaha jasa wisata yang dia sebut dengan nama resort eco-dive.

Dalam sebuah tulisan berbahasa Prancis, bule ini mengekspresikan mimpi besarnya membangun bisnis raksasa tersebut. Perempuan ini mengawali tulisannya dengan menyapa sahabat relasi dan rekan bisnisnya dengan sebutan alycastriens.

“Proyek kami, resort eco-dive. Di mana? Di Indonesia, Flores, Maumere,” itu kalimat awal tulisan bule asal Prancis ini pada 10 Mei 2017, untuk menjawabi pertanyaan tentang bisnis usaha jasa wisata yang sedang dia kembangkan.

Dia menguraikan tulisannya untuk memberikan argumentasi alasan memilih Flores dan Maumere sebagai tempat bisnisnya. Flores, alasan dia, terkenal untuk penyelaman yang luar biasa dan naga komodo terkenal.

Menyapa sahabatnya dengan alycastriens, lalu menyelipkan kata naga di depan komodo, menyerupai nama perusahaan PT Aly Naga Samudra. Ditambah lagi menyebut proyek resort eco-dive itu di Indonesia, Flores, Maumere, kuat dugaan bahwa pemilik bungalow dan usaha jasa wisata di TWAL Gunung Sari itu adalah perempuan asal Prancis ini.

Perempuan ini menyebut alasannya memilih Maumere. Menurut dia, Maumere, Katolik tetap tak tersentuh. Untuk keaslian, budayanya, tetap utuh selama bertahun-tahun. Maumere sebagai kota yang mudah diakses, hanya 1 jam 20 menit menggunakan Garuda Indonesia Airlines dari Bali.
Lalu dia menerangkan tentang lokasi usaha jasa wisatanya di TWAL Gunung Sari.

Kata dia, Gunung Sari itu sebuah pulau kecil, benar-benar diawetkan dari pariwisata, hanya 20 menit berada di atas kapal cepat dari Maumere. Dia menggambarkan Gunung Sari sebagai pantai murni, pasir putih, pirus dan transparan perairan.

“Sebuah desa nelayan kecil dengan yang, tentu saja, adalah kolaborasi dekat, masing-masing yang diperkaya oleh pengalaman yang lain,” tulis dia.

Bule ini kemudian menguraikan sebuah penjelasan panjang yang dia beri outline Proyek Kita. Di situ dia merangkai 16 poin penting dalam proyek tersebut. Beberapa poin di antaranya sempat disinggung Kensius Didimus ketika diwawancarai Senin (25/9) lalu. (vic)

Komentar ANDA?