Tapak Jejak Pendekar – Pendekar Pendidikan Tanah Lomblen

0
6064

NTTsatu.com — LEMBATA — Maria Lete, tercatat sebagai orang Lomblen (kini Lembata) pertama yang dibaptis secara katolik di Larantuka pada 31 September 1881 oleh P. Jac. Kraaivanger SJ.

Dalam bulan Juni 1886, P.Ten Brink SJ dan P.De Vries SJ membabtis 215 anak di Lamalera Bawah (Lalifata) dan Lamalera Atas ( Tetilefo). Dengan demikian terbukalah lembaran pertama sejarah gereja katolik di pulau Lomblen, lewat gerbangnya Lamalera. Berarti pendidikan agama katolik sudah masuk Tanah Lomblen.

Lantas, kapan masuknya pendidikan di Nusa Kawela ini?

Pada tahun 1861, P.Sanders SJ mulai buka sekolah bagi anak-anak Larantuka, namun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda masih dianggap “sekolah liar”. Baru pada 3 Desember 1862, P.Caspar Johanes Fransiscus Fransen SJ mendirikan sekolah pertama , Sekolah Putera di Larantuka. Cuma dengan bekal awal 14 buah batu tulis, 25 anak batu tulis dan sebuah papan tulis pinjaman dari tangsi tentara di Postoh.

Menuju Peradaban Baru di Lomblen

Di Lomblen sekolah baru dibuka pada tahun 1913 di Lamalera oleh P.Josef Hoeberechts SJ. Itu pun hanya menggunakan satu kamar dari pastoran pertama . Pastor Jesuit ini mendobrak jalan gelap menuju peradaban baru di Tanah Lomblen. Dua tahun kemudian tahun 1915, Tuan Hoeberechts SJ buka sekolah dasar katolik di Kalikur, Hadakewa dan Waipukang. Namun pada 4 Mei 1917, ia meninggalkan Larantuka dan Lomblen dan misionaris Jesuit digantikan oleh Serikat Sabda Allah,SVD.

Misionaris, Guru, Tukang, Umat Menyatu

Pada 1 Agustus 1920, P.Bernhard Bode SVD ditetapkan jadi pastor paroki pertama Lamalera sekaligus untuk seluruh Lomblen. Bele Bode menggencarkan pendidikan guru agama, sekolah rakyat, pendidikan ketrampilan tukang kayu dan tukang batu, mendirikan gedung gereja dan kapela di seluruh Lomblen. Di era P.Bode, penyebaran injil disebarluaskan terutama lewat pendidikan di sekolah dan pelayanan sakramen.

Dengan dibukanya sebuah Standaardschool atau Velvolgschool serta kursus Pendidikan Guru Sekolah Rakyat serta sekolah pertukangan (Ambachtschool) di Larantuka, terbuka kesempatan bagi putra putra Lomblen melanjutkan sekolahnya selepas sekolah dasar.

Di awal karya pastoralnya , Bele Bode dibantu oleh sejumlah mitra guru agama. Mereka antara lain G.Fato Kedang, A.Fato, St.Daton, Ibu Rosa, Laba, Kefait, I.Getan, Balt.Demo, Kabi, Mean, Glau, Kia, Die, A.Lela, P.Tedu, A.Kame, Lagadoni, A.Ubas, J.Belida, L.Hala, J.Kupang, J.Melli, H.Lopi, Tulit, Naraguan, Basagarang, B.Nara, A.Dato, Kapitan, M.Doni, Belo, A.Kedang dan lain-lain.

Pater Bode juga dibantu sejumlah tukang ahli asal Lamalera membangun gedung gereja, kapela dan gedung sekolah di seluruh pelosok Lomblen. Mereka antara lain J.Kabi, Tangi, Polu, Karolus Arkian Beding, Keleka, Kame, Getan, Guma dan lain-lain.

Tahun 2926 dibangun gedung gereja di Puor dan Lerek. Tahun 1928 gereja Mulankera ( Labala), Lewuka dan Aliuroba. Tahun 1929 gereja Belang, Boto, Mingar dan Kalikasa 1935.
Pater Bode juga mendirikan sekolah rakyat 1922 di Lerek dan di Mulankera, Labala,1923 di Belang,1925 di Lodoblolong, Boto dan Aliuroba.Tahun 1926 bangun sekolah di Waiwejak, tahun 1927 di Karangora dan Mingar.

Dalam menyebarluaskan pendidikan formal sejumlah guru asal Lamalera dikirim ke sekolah-sekolah yang baru dibangun tersebut. Antara lain Petrus Boliona, Yosef Badilangoe, Yoh.Kelake , Paukus Sili, Andreas Sinu da Proma, P.Gilo, Gr.Belida, R.Rupa, P.Ributoran Tapoona, Ph.Dato,Yoh Lebe , Fr.Dato, P.Suban, Yoh.Asa, Yos Narabeto, Petr.Atalema, Yos Bura, Yos Lasam, Yoh.Gala, Mikh.Pajon, St.Lela, Ben Blikololong, Bern.Sanga, Ign. Bolise, Philipus Daton Muko Anton Danga Retu Oleona dan lain-lain.

Foto: Pastoran pertama di Paroki  Lamalera – Lembata

Menurut catatan , pada tahun 1935 telah terdapat 25 Sekolah Rakyat Katolik di seluruh Lomblen.Tahun 1954 ada 34 sekolah katolik yang dibangun para misionaris SVD di Lomblen.Dan tahun 1964 sudah ada 64 SDK , sementara SDN baru 11 buah.

Para misionaris SVD di Tanah Lombken tersebut antara lain P.Bernhard Bode, P.Yoseph Preissler, P.Theodorus Tholen, P.Giliemus Martens, P.Camillus Nottermans, P.Arnoldus van den Burg,P.Cornelius van Stee, P.Gregorius Buchta, P.Heribertus Littmann, P.Henricus Conradus Beeker, P.Bruno Pehl, P.Carolus van Trier, P.Guliemus Eggenkamp, P.Petrus Geurts, P.Yohanes van Asten, P.Mathias Kaut, P.Mikhael Krizik, P.Ben Brabander, P.Johanes Knoor, P.Jacobus Schneider, P.Yoseph Scheidler, P.Gerbrand Kramer, P.Lawrence Hambach, P.Arnoldus Dupont, P.Gerd.van Velzen, P.Kurt.Trumer, P.Nicholaas Strawn dan P.Eugene Smith.

Tercatat juga sejumlah bruder SVD yang berkarya di Lomblen. Antara lain Bruder Berchmans Penniger, Patricius Roest, Adrianus van de Meer, Eventius Brakeboer, Lebuinus Wieskamp, Br.Fransiskus. Bakker, Br.Koen dan lain-lain.

Sejak itu semakin banyak anak Lomblen yang melanjutkan sekolah.Tidak hanya untuk menjadi guru tapi juga menekuni disiplin ilmu yang lain. Bahkan banyak yang mencapai pendidikan tinggi dan bergelut di berbagai bidang profesi sebagai guru, dosen, anggota DPR, pengusaha, pejabat, ASN dan lain-lain.

Bahkan banyak juga menghiasi taman taman seminari dan biara menjadi imam, bruder dan suster. Bahkan dari Lamalera muncul imam pertama asal Tanah Lomblen Pater Alex Beding, SVD yang ditahbiskan oleh Mgr.Antonius Thyssen,SVD di Nita pada 1951. Beliau dikenal sebagai Tokoh Pelopor Pers NTT.
Dan pada tanggal 10 April 1994 ditahbiskan putera Lomblen pertama yang jadi uskup di Jayapura, Mgr.Leo Laba Ladjar,OFM.

Mereka semua adalah buah hasil didikan para misionaris dan pendekar-pendekar pendidikan awal di Tanah Lomblen.

Surat Cinta Pater Bode Bagi Umatnya.

Pada tahun 1951,Bele Bode tinggalkan Lomblen kembali ke Eropa karena sakit, setelah 31 tahun jadi misionaris di Tanah Lomblen. Pada 7 Oktober 1970, Bele Bode yang rindu akan umatnya di Lomblen, menulis surat dalam bahasa Lamalera , antara lain sebagai berikut:

” Lero nan rema,goe peten mio kepaera.Goe taku gelupa mio hala, di mengaji goe ona.Mio leta mi goe tula misa soro mio.Nae pe alus-alus! Ara gie koda mari mi : misa soro mio goe tula kae,tung matan getan di uli goe teik” demikian gambaran kerinduan Bapak Bode yang ia paparkan dalam suratnya.

Lewat suratnya ia tak lupa mengingatkan agar umatnya selalu berkarya di jalan Tuhan ,agar kelak bisa deiterima di sisi Allah yang Kudus.Ia berpesan :
” Kalo mio dori nuan tuan Allah naen, mio gere kenasip lango uma, ge suku lama surga kekal”. Lanjutnya ,”Tite hama-hama mengaji ketemar ge ae tai.Pole nan ketemar di alepte. Atetegu tite Yesus! Kenuat,nek Allah tou oknum telo maha santo naen, nong nan mio kepaera” kata Bele Bode mengakhiri suratnya.

Bertepatan dengan Pesta Pelindung St.Bernardus tanggal 20 Agustus di usianya yang ke 93, Bapa Bode menghadap Sang Khalik di biara Steyl-Belanda.68 tahun berkarya sebagai imam dan 76 tahun sebagai Anggota SVD.

Terima kasih para Pendekar Pendidikan, Para Misionaris Awal, Guru Agama Awal, Para Guru Sekolah Rakyat Awal, Para Tukang Awal di Tanah Lomblen.  Kini tinggal satu-satunya misionaris yang memilih menetap di Lembata adalah P.Nicolaas Strawn,SVD.

Foto: Empat misionaris di Lembata berasal dari Amerika

Lomblen, Doeloe Tanah Misi,
Kini Kirim Misionaris

Lembata yang oleh Bangsa Portugis di abad 16- 17 doeloe dijuluki “Gens Candida Sed Ruda” bangsa yang suci tapi belum beradab” dan “Negeri Kafir Kanibal”, ternyata kini berubah menjadi Ladang Subur Panggilan.

Bila dulu Lomblen disebut tanah misi yang didatangi misionaris barat, kini Lomblen menghasilkan banyak iman dan biarawati yang dikirim ke tanah misi di Amerika Latin, Jepang, Afrika bahkan ke Eropa yang dulu kirim misionaris ke Indonesia termasuk ke Lomblen. (Thomas Ataladjar, dari berbagai sumber)

………..

Foto: Gereja tua di Lamalera yang dibangun oleh Pater Bode pada masa itu

Komentar ANDA?